Tegep Boots, Tren Komunitas Bikers
Ema Nur Arifah - detikBandung
Bandung - Adalah boots, sepatu yang seringkali diidentikan dengan koboi. Namun di Bandung, bisa jadi boots identik dengan komunitas bikers. Meski tak mutlak, tapi itulah yang terjadi, kebanyakan penggemar sepatu boots adalah komunitas bikers.
Seperti dinyatakan pemilik Tegep Boots, Tegep Oktaviansyah (37) yang mendirikan Tegep Boots di tahun 1997 untuk para komunitas, khususnya komunitas bikers.
"Komunitas itu memiliki anggota yang loyal sehingga untuk pemasarannya bisa lebih cepat dari mulut ke mulut," jelas Tegep yang juga anggota komunitas Bikers Brotherhood ini.
Selain komunitas bikers, konsumen juga berasal dari komunitas musik. Tak jarang artis-artis ibukota pun memesan boots di tempat yang berada di Jalan Pelajar Pejuang 45 No 104, di depan Hotel Horison ini.
Awalnya Tegep Boots bekerjasama dengan tempat lain dalam memproduksi boots, hingga akhirnya memutuskan untuk berdiri sendiri. Dengan bekal pendidikan dari desain produk ITB dan kesukaan terhadap boots inilah yang membuat Tegep Boots berkembang dari sebuah garasi menjadi sebuah tempat yang jauh lebih baik.
"Awalnya memang sulit untuk memasarkan, butuh waktu lima tahunan sampai mencapai posisi mapan," jelas Tegep.
Kemapanan itu juga yang membawa nama Tegep Boots ke mancanegara. Meski tak secara langsung dalam bentuk ekspor, hanya pesanan perorangan melalui website, namun pemesannya berasal dari Amerika Serikat, Australia, juga Hongkong.
"Kita pernah mengerjakan merek dari perancang luar yang akan menggelar fashion show," jelas Tegep yang juga menjadi tenaga ahli di ILO dan tenaga pengajar perajin sepatu Cibaduyut.
Tegep Boots lebih banyak mengerjakan boots pesanan. Dalam satu bulan bisa memproduksi sekitar 60 boots.
Boots-boots yang dijual adalah boots model koboi dan bikers. Boots terdiri dari dua bagian, bagian alas disebut vamp, bagian atas disebut top. Untuk boots koboi, bagian depan vampnya lebih lancip sedangkan boots bikers bagian depan vamp lebih membulat atau kotak.
Boots-boots berderet rapi di rak, dari mulai angkle boots setinggi mata kaki, sampai setinggi lutut untuk konsumen mulai usia dua tahun. "Standar boots itu ukurannya 11-12 inci," jelas Tegep.
Jika dikenakan boots memang cukup panas, namun aman untuk pengendara kendaraan bermotor karena memiliki sol lebar yang cukup melindungi dari gesekan.
Kulit sapi menjadi bahan yang paling banyak digunakan di samping bahan kulit eksotik seperti kulit ular, kulit ikan pari, juga kulit buaya, bahkan ada yang berbahan kulit ikan kakap.
Dari semua bahan tersebut, kulit buaya merupakan yang termahal. Jika kulit sapi berada di kisaran Rp 1 juta-an, maka boots kulit buaya bisa mencapai Rp 5,6 juta-an. Selain bahan, harga pun ditentukan oleh desain. Desain yang lebih kompleks atau yang memerlukan tekhnik pembuatan yang lebih rumit, tentunya dihargai lebih tinggi.
"Sampai saat ini, hampir 80 persen desain dan pola pengerjaannya masih dikerjakan oleh saya sendiri," ujarnya.
Menurut Tegep, boots memiliki tren tersendiri di komunitas tertentu. Misalnya tren boots bertali, bentuk kotak atau bulat juga ukuran panjang atau pendeknya.
Nah apakah tren boots kelak akan menyebar ke kalangan lainnya atau hanya sebatas kalangan tertentu, anda lah yang menentukan.(ema/ern)
0 komentar:
Posting Komentar