Lebih Nge-ground di Surga Distro
Ema Nur Arifah - detikBandung
Bandung - Cikal bakal keberadaan distro di Indonesia konon bermula dari komunitas underground. Diawali dari Detak yang muncul pada tahun 90-an dan diakui komunitasnya sebagai distro pertama di Indonesia.
Distro Detak adalah embrio lahirnya distro Surga yang tetap bermukim di salah satu outlet di Palaguna, Jalan Dalem Kaum. Detak mulai berjualan gaya free hand tanpa sebuah tempat baku. Namun akhirnya membuka outlet sendiri di Palaguna.
Pada tahun 2003 salah satu pendiri Detak, Uyung Carrey (28) membuat nama baru yaitu Surga yang dinyatakannya tetap mempertahankan idealisme underground.
Uyung menuturkan sekitar tahun 80-an, ketika mayoritas masyarakat Indonesia belum melek internet komunitas underground sudah melakukan interaksi dengan dunia luar khususnya komunitas underground.
"Saat itu kami sudah mengenal chatting dan berhubungan dengan komunitas underground di luar negeri," tutur Uyung.
Saat itu terjadi pertukaran merchandise dari komunitas underground di luar negeri. Surga termasuk salah satu distro yang menyediakan majalah-majalah luar negeri saat itu.
Salah satu komunitas underground yang dijadikan kiblat kala itu yaitu EMP dari Jerman. Saat itu komunitas EMP sudah memiliki outlet yang menjual merchandise original grup musik underground Jerman dengan sebutan distro (distribution outlet).
Melihat sejarah tersebut Uyung pun menegaskan distro awalnya adalah tempat untuk menjual merchandise original band underground. Sehingga distro-distro yang ada sekarang melenceng dari konsep distro sebenarnya.
"Saat ini sedikit tempat yang pure distro tapi kebanyakan mutan distro," tutur Uyung yang juga menjabat sebagai Ketua Komunitas Literasi Bandung ini.
Distro lebih mengedepankan idealisme underground daripada unsur bisnis yang sekarang banyak dianut para pelaku distro.Sehingga secara finansial pure distro tidak akan berkembang sepesat ditro pada umumnya.
Distro sendiri tak hanya bisnis atau fashion, tapi lebih dari itu menyangkut budaya dan sosial komunitas underground. Distro bisa dikatakan sebagai wadah bagi komunitas untuk sharing, berbagi ilmu dan berkomunikasi.
Seperti halnya di Surga yang tak hanya menjual merchandise original dari band underground tapi juga sebagai ajang berkumpulnya komunitas. Dituturkan Uyung, Surga menjual produk-produk limited edition dengan harga yang mungkin cukup tinggi dibandingkan distro lainnya.
"Produk kami ada lisensi dari band bersangkutan dan ada kontraknya," jelas Uyung. Namun Uyung tidak mengkhawatirkan masalah harga yang tinggi karena produknya untuk para komunitas, yang memang tak segan membeli dengan harga mahal.
Tagline 'Atribut From Hell' dapat diartikan bahwa produk dari Surga berbeda dengan yang lain. Dan bisa dikatakan sebagai trendsetter. Meski pernah mengalami kebuntuan ketika gaya mereka selalu dijiplak orang lain.
Namun Uyung saat ini ingin lebih merambah ke masyarakat di luar underground. Sehingga tak hanya komunitas yang bisa menggunakan merchandise original band underground tapi juga semua kalangan.
(ema/ern)
0 komentar:
Posting Komentar