Anak Muda Bandung, Jepang dan Budaya Pop
Ema Nur Arifah - detikBandung
Bandung - Bandung yang didaulat sebagai kota mode memunculkan sedikit demi sedikit warna-warnanya yang lain. Diwadahi oleh komunitas sebuah budaya fashion pun dengan cepat menyebar khususnya di kalangan anak muda.
Seperti halnya distro yang sedang berada di puncak singgasananya, budaya Jepang dengan segala kekhasannya diberikan ruang tersendiri oleh para pecinta budaya tersebut.
Lagi-lagi komunitas yang berperan. Budaya ini pun mengakar dan menyebar hingga menjadi irisan yang tak terpisahkan dalam lingkaran budaya pop Bandung masa kini.
Fashion menjadi bentuk paling nyata dari budaya tersebut. Maka jika berbicara distro, tak lepas dari musik underground, maka berbicara mengenai fashion Jepang tidak akan terlepas dari sebuah distrik di Kota Tokyo, Harajuku.
Meski tak selalu pop culturenya, tahun 2008 ini mungkin bisa dikatakan sebagai tonggak untuk lebih mengibarkan budaya tersebut di kalangan anak muda Bandung. Maka bermunculanlah tempat-tempat yang mengambil kesempatan dari tingginya minat masyarakat terhadap kekayaaan budaya Jepang yang dimulai dari kelas emperan, mal-mal, sampai outlet-outlet tertentu.
Satu per outlet-outlet fashion Jepang hingga perniknya untuk mengekspos budaya negeri Sakura tersebut muncul di Bandung. Tak hanya berkutat seputar budaya pop Jepang tapi juga memperkenalkan nilai-nilai tradisionalnya.
Misalnya Gaya harajuku yang diambil dari sebuah kota di distrik Kota Tokyo Harajuku disuguhkan oleh Dr G Shop yang ada di Jalan Cihampelas No 42 C.
Gaya tabrak warna dan mode yang terkesan ngawur menjadi sentuhan gaya baru sebagai wujud eksplorasi atas kebebasan berbusana. Dengan hanya satu pakem yang dihalalkan yaitu gaya tanpa pakem.
Bahkan, Dr G mengambil beberapa busananya langsung dari Jepang. Hingga untuk harga tak bisa dibilang main-main. Bisa berkisar di angka ratusan ribu.
Bersebelahan dengan Dr G Shop, Gonzo menawarkan hal lain. Kostum-kostum figur Jepang atau costplay menjadi tawaran. Dipersembahkan untuk para pecinta komik Jepang atau manga agar bisa menyalurkan keinginan mencicipi sebuah budaya.
Jika mengenal nama tokoh anime seperti Naruto, Sun Goo Kong atau si bajak laut dalam cerita One Pieces maka di tempat inilah anda bisa menjadi mereka. Dalam balutan kostum yang didesain begitu mirip hingga perniknya. Tak jauh dengan apa yang terlihat dalam komik maupun televisi. Tak hanya costplay, baju tradisional Jepang seperti yukata pun memberikan pilihan lain.
Namun jika ingin tempat yang lebih mengeksplorasi yukata, Hikarulah jawabannya. Hikaru lebih ditujukan untuk keluarga. Yukata-yukata yang disediakan dari mulai ukuran kecil bernama jinbei hingga besar.
Bahkan, dalam waktu dekat Hikaru akan menghiasi salah satu outlet di Bandung Indah Plaza, Jalan Merdeka. Hal itu menjadi satu indikator bahwa industri fashion berbau Jepang mulai masuk hitungan masyarakat Bandung.
Bergeser ke Cimahi ada Rams Gallery. Tak hanya menawarkan Japanese style tapi seni origami (seni melipat kertas khas Jepang) baik klasik maupun modern.
Pernak-pernik Jepang lainnya ada di Puzerento. Figur-figur buatan dengan nuansa Jepang menjadi ide utama eksplorasi mereka. Dari mulai tas, gantungan kunci, pin, dan lain-lain. Workshop Puzerento sendiri ada di Jalan Cikutra sedangkan outlet-outletnya bisa ditemukan dibeberapa mall di Kota Bandung.
Karena basisnya adalah komunitas, maka tempat-tempat tersebut tak hanya menawarkan produk budaya tapi budaya itu sendiri. Sebab bisa dibilang orang-orang di
belakangnya pernah mencicipi langsung budaya tersebut.
Eksplorasi-eksplorasi lebih jauh terhadap bahasa, nilai-nilai kearifan lokal Jepang dan hal lainnya juga dipelajari. Meski satu pertanyaan besar tentang akulturasi budaya memunculkan kekhawatiran.
Apakah budaya tersebut akan menggeser kedudukan budaya lokal Sunda yang ironisnya tak menarik minat sebagian besar anak muda? Atau kelak menjadi sebuah budaya gado-gado aneka rasa yang akan membuat warna budaya lokal menjadi lebih indah, mungkin memudar bahkan menjadi bias.(ema/ern)
0 komentar:
Posting Komentar