Meraup Pundi-pundi Rupiah Dari Menjepret Band

Meraup Pundi-pundi Rupiah Dari Menjepret Band
Pradipta Nugrahanto - detikBandung

Bandung - Banyak orang yang mencari nafkah dengan menjadi fotografer. Namun sebuah jalan berbeda dipilih oleh M. Faridian. Pria yang akrab disapa Ari Copet ini menghabiskan 15 tahun karirnya sebagai fotografer untuk menjepret band-band lokal dan nasional.

Karir Ari Copet sebagai fotografer band berawal dari hobinya yang kerap mengabadikan gambar para skater Bandung ketika sedang latihan di Taman Lalu Lintas dan Hobbies Skate Park beberapa tahun lalu.

"Waktu itu tahun 1995, saya masih pake kamera pocket manual. Nah saya lihat olahraga skateboard itu unik dan keren. Dari sana saya mulai mencoba mengabadikan momen-momen para pemain skateboard ketika berlatih suatu trik.
Kebetulan juga saya waktu itu juga suka main skate, jadi disela-sela main, saya foto-foto," terang Ari Copet.

Di tahun yang sama, Ari Copet yang baru lulus SMA memutuskan untuk melanjutkan studi fotografinya secara lebih serius. Dia pun memutuskan untuk masuk IKJ jurusan fotografi.

"Setahun berjalan, ada masalah finansial. Jadinya saya hengkang dari sana dan memutuskan pindah ke Unpas jurusan fotografi juga, kebetulan waktu itu saya masuk angkatan pertama," ujar lelaki kelahiran 11 Juli 1976 ini.

Sambil kuliah, Copet terus aktif mengabadikan para pemain skateboard di Bandung. "Wah, zaman itu yang main masih ramai, tempatnya juga masih banyak," ucap Copet.

Aktifitas Copet sebagai fotografer skate rupanya diperhatikan oleh Irsan (Vokalis Savour of Filth). "Dulu kaget aja disamperin Irsan, tahu-tahu diajakin buat jadi fotografer Savour of Filth, ya saya sih mau-mau aja," ujar Ari Copet.

Semenjak ditarik menjadi fotografer Savour, Copet mulai banyak berkenalan dengan band-band Bandung lainnya.

"Waktu itu distro Harder di Cihampelas jadi tempat nongkrongnya band-band Bandung. Balcony, Injected, Purpose, PAS Band, Blind To See, dan Savour of FIlth
biasanya suka main ke sana. Jadilah merekapun suka minta saya untuk memfoto mereka tiap manggung," selorohnya.

Dari sana, Ari Copet mulai mendapat rezeki lebih untuk membeli kamera SLR. "Saya pertama pakai Nikon FM 2, ya dari hasil nabung jadi fotografer band," ujarnya.

Disela-sela kuliah, hobi fotografi terus ditekuninya. "Kebetulan kuliah di jurusan yang sesuai hobi, jadi bisa sharing soal foto sama yang udah pengalaman lebih lama juga," tuturnya.

Di tahun 1998, Ari Copet mendapat tawaran untuk menjadi fotografer band cadas asal Bandung, Burgerkill. Kesempatan emas ini jelas tidak disia-siakan penggemar
Anton Corbin (fotografer Inggris-red) ini.

"Saya suka musikalitas BK, dan aksi panggungnya selalu asyik untuk diabadikan," ujar Ari Copet.

Semenjak itu, karir Copet terus meroket. Hingga manajemen Padi pun tertarik untuk menjadikannya fotografer Padi.

"Yah, saya sih bersyukur aja, bahkan Piyu cs sampai bisa berkolaborasi dengan Burgerkill itu awalnya melihat dokumentasi foto saya," tuturnya bangga.

Perjalanan bersama Padi dan Burgerkill membuat Ari Copet semakin mantap menapakkan jejak karirnya di dunia fotografi panggung.

"Yah bisa dibilang sangat lumayan, saya sempat dapet kontrak foto film horror yang soundtracknya diisi BK. Sampai sekarang masih suka dipakai, sedangkan pas
sama Padi sempat dibawa tur 10 kota keliling Indonesia, selain itu ya bisa sempat beberapa kali ganti kamera," paparnya.

Menjadi fotografi panggung sebagai jalur karirnya Ari Copet memiliki jawaban tersendiri.

"Sebenarnya kalau hanya sekedar mencari materi, bisa saja mengambil foto wedding. Tapi beberapa kali saya mencoba foto wedding, selalu begitu-begitu saja dari teknik dan polanya. Karena sudah baku dari sananya, " jelasnya.

Kini, setelah perjalanan karirnya sebagai fotografer panggung. Ari Copet mulai memetik hasil kerja kerasnya. "Walau sekarang sudah enggak seaktif dulu foto-fotonya, hidup saya sekarang ya dari aktifitas jeprat-jepret saya dulu. Ibaratnya dari bayaran puluhan ribu sampai jadi jutaan," ucapnya bangga.

Bagi Ari Copet, fotografi adalah potret sejarah kehidupan. Ia pun berencana untuk terus mengabadikan momen hingga tidak kuat lagi membidik objek.

"Sesuai motto hidup saya dalam membuat foto. 'Abadikan segala momen karena momen itu belum tentu berulang dua kali," tandasnya.
(dip/ema)

0 komentar:

 
Design by WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Macys Printable Coupons