Mahanagari Lahir Karena Pengalaman Pahit

Mahanagari Lahir Karena Pengalaman Pahit
Ema Nur Arifah - detikBandung

Bandung - Pengalaman pahit ternyata bisa berujung rezeki. Ben Wirawan S (33) misalnya, mendirikan Mahanagari karena termotivasi dari pengalaman pahitnya semasa kuliah.

Ben bertutur tentang kesempatannya mengikuti pertukaran pelajar ke Singapura pada tahun 1998. Kala itu, lulusan Desain produk ITB ini mencari barang-barang sebagai kado untuk dibagikan pada pelajar dari negara lain selain wayang. "Saat itu yang terpikirkan adalah membeli kaos," tutur Ben saat ditemui di toko Mahanagari Bandung Indah Plaza.

Tapi setelah ngubek-ngubek, Ben sama sekali tidak menemukan kaos yang bertuliskan Bandung. Terpaksa Ben harus menelan kembali keinginan memberi kaos souvenir khas Bandung. Dia pun menjadi beda sendiri dengan pelajar lainnya yang membawa souvenir kaos negaranya masing-masing.

Bagi Ben itu adalah pengalaman pahit. "Kenapa Bandung tidak punya kaosnya sendiri," tukas Ben.

Pengalaman pahit yang terus membekas tersebut membuatnya bertekad untuk membuat kaos khas Bandung. Meski keinginan itu baru bisa diwujudkan beberapa tahun kemudian, dengan sebuah label yang dinamakan Mahanagari.

Nama Mahanagari diambil, menurut Ben karena dia ingin produknya kelak bisa menjelajah Indonesia. Namun kemudian Ben berpikir untuk fokus dulu di Bandung sebagai tanah kelahiran Mahanagari. Meski sudah ada tawaran untuk membuat Mahanagari Jakarta.

Tak ubahnya seperti distro produk Mahanagari berupa kaos, pin, poster, topi atau sandal tapi memiliki 'rasa' Bandung yang kuat. Selain itu, dengan dasar kampanye budaya, produk Mahanagari dikuatkan dengan memproduksi film Bandung tempo dulu, poster heritage di Bandung, buku-buku tentang Bandung dan Sunda. Tak ketinggalan pernak-pernik budaya di Bandung seperti wayang.

Selama dua tahun terakhir, kegiatan touring Bandung menjadi salah satu kampanye yang digencarkan. Untuk memberikan pengalaman visual pada para konsumennya.

Mahanagari bisa meraih konsumen dari lokal dan juga luar Bandung. "Tidak seperti kaos ikon kota lain yang konsumennya 90 persen dari luar. Kita 50 persen lokal, 50 persen dari luar Bandung," ungkapnya.

Dalam satu bulan Mahanagari bisa memproduksi 1000-an kaos. Bahkan produksi masa liburan bisa mencapai 5.000-an kaos.

Menurut Ben, omzet selama empat tahun terakhir, empat kali lipat dari omset tahun pertama. Jika dulu per bulannya hanya meraup Rp 25 juta, kini bisa menghasilkan sampai Rp 100 juta per bulan.(ema/ern)

0 komentar:

 
Design by WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Macys Printable Coupons