Sekolah Bergengsi di Bangunan Cagar Budaya


Bandung - Mendengar nama SMU 3 dan SMU 5 ingatan langsung tertuju pada dua sekolah favorit yang terletak di Jalan Belitung No 8. Berada di antara Jalan Bali dan Jalan Kalimantan, sekolah ini menduduki sebuah bangunan bersejarah peninggalan zaman kolonial.

Sekolah yang pernah menjadi tempat menimba ilmu Sri Sultan Hamengkubuwono IX di masa Hindia Belanda ini, sebelumnya dinamakan Hoorege Burgerschool (HBS). Dibangun pada tahun 1916 oleh pemerintah Hindia Belanda yang dirancang oleh arsitek C.P Schoemaker.

Dibangun di atas tanah seluas 14.240 meter persegi dengan luas bangunan 8.220 meter persegi. Dari tahun ke tahun, fungsi bangunan terus mengalami peralihan. Dimulai sebagai HBS di tahun 1916-1942, jadi markas tentara Jepang di tahun 1942-1945. Sedangkan tahun 1947-1952 disebut jaman peralihan, direntang tahun ini berfungsi sebagai sekolah VHO (Voortgezet Hoger Onderwys) dan SMA Negeri 1.

Dari tahun 1952 ditempati oleh empat sekolah yaitu SMA 2, SMA 5, SMA 3 dan SMA 6. Tahun 1961 SMA 2 pindah ke Jalan Cihampelas sedangkan SMA 6 ke Jalan Pasirkaliki. Maka sejak tahun 1966, gedung ini ditempati dua sekolah sampai sekarang yaitu SMA 3 dan SMA 5 dibawah pengelolaan Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat.

Sebelah barat bangunan ditempati oleh SMA 3 sedangkan sebelah timur ditempati SMA 5. Kedua sekolah ini dipisahkan oleh koridor yang bisa menjadi jalur penghubung antara SMA 3 dan SMA 5.

Di kedua sayap bisa ditemukan lemari kaca dengan deretan piala-piala di dalamnya. Memang, sejak dulu kedua SMA ini dikenal sebagai SMA yang mencetak siswa-siswi berprestasi sehingga wajar menjadi sekolah unggulan yang jadi target siswa-siswi SMP untuk melanjutkan sekolah.

Dua tangga besar di kiri dan kanan koridor menghubungkan lantai bawah dan atas, menyambung menjadi satu tangga menuju sebuah ruangan luas di lantai dua. Ruangan ini serupa aula terbuka yang digunakan oleh dua sekolah secara bergiliran.

Dinding-dinding tebal dengan tinggi sekitar 6-7 meter memperlihatkan kekhasan bangunan peninggalan Hindia Belanda. Jendela-jendela dan pintu berventilasi berderet menjadi ciri khas bangunan ini. Jejak kaki pun berpijak pada keramik-keramik klasik bernuansa gelap paduan abu-abu, kuning, merah dan hitam.

Tak banyak perubahan di bangunan ini. Apalagi untuk bangunan bagian depan tidak boleh dirubah sama sekali.

Seperti dituturkan Wakasek Humas dan Rencana Pembangunan SMA 5 Yenny Gantini. Menurutnya sebagai bangunan yang termasuk cagar budaya, bangunan SMA 5 dan SMA 3 harus dilestarikan.

"Guru-guru dengan warga sekolah lainnya bersatu sama-sama mendukung agar menegakan 6 K, kebersihan, keindahan, kemananan, kekeluargaan dan lain-lain," jelas Yenni.

Menurut Yenni, ada 13 ruangan dari 30 ruangan di SMA 5 yang termasuk bagian bangunan bersejarah yaitu 10 ruang kelas, 1 ruang perpustakaan, 1 ruang BP dan 1 ruang audio visual.

Wakasek Sarana Prasarana SMA 5, Suhendri menyatakan bangunan SMA 5 sendiri luasnya 7.120 meter persegi. Di tahun 2008-2009 pihak skeolah melakukan perawatan dan pemeliharaan berupa pengecatan, penggantian talang bocor tanpa merubah ketentuan konservasi cagar budaya.

"Untuk bagian luar tidak boleh dirubah sama sekali termasuk warna catnya, sedangkan bagian dalam warna cat boleh beda," jelasnya. Sebelum melakukan perubahan, pihak sekolah berkonsultasi dengan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata serta Bandung Heritage.

Suhendri mengungkapkan, saat ini pihak SMA 5 sedang mengajukan untuk mengganti lantai sebab ada bagian-bagian lantai yang bergelombang. Namun menurut Hendri, pihak sekolah masih menunggu keputusan pihak pemerintah mengenai pengajuan tersebut.

Untuk setiap perubahan yang akan dilakukan, sambung Suhendri, pihak SMA 5 selalu bekerjasama dengan pihak SMA 3.
(Ema/dari berbagai sumber)
(ema/ern)

0 komentar:

 
Design by WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Macys Printable Coupons