Citarasa Kolonial Yang Terlupakan


Bandung - Braga Permai terkenal dengan pastry, coklat dan es krim resep turun temurun sejak berdiri tahun 1920. Namun ketika memasuki tempat ini, dari bangunannya sama sekali tak tercium aroma sejarah. Hanya tulisan bernada Belanda seperti chocolatier, pattisiers dan boulangers yang menegaskan, Belanda pernah di sini.

Di dalam ruangan tak ada ciri khas art deconya bangunan Belanda, atau dinding-dinding menjulang sebagai ciri khas lainnya. Lantai-lantai modern dengan langit-langit kayu menunjukan tempat ini sudah direnovasi.

Sebuah lukisan besar yang memperlihatkan bentuk lama dari bangunan ini seperti menjadi ciri bahwa tempat ini pernah menjadi saksi sejarah di jalanan Braga. Berawal dari nama Maison Bogerijen yang didirikan oleh orang Belanda, Bogerijen, kini populer dengan nama Braga Permai.

Potret lain memperlihatkan deretan orang-orang Hindia Belanda bersama para koki berfoto di depan tempat ini, memperlihatkan tulisan Maison Bogerijen.

Pada 11 Februari 1958 tempat ini diubah menjadi perusahaan nasional dengan nama PT Braga Permai. Pada tahun 1962 tempat direnovasi menjadi bangunan sekarang.

Menurut Bagian Umum Braga Permai, Ramlan (56) direnovasinya tempat ini karena dulu pada pemerintahan Presiden RI pertama Soekarno, presiden tidak menyukai bangunan yang mengarah pada ciri khas Belanda. Dalam lukisan bagian depan bangunan terlihat lebih membulat dengan atap sirap dan tulisan-tulisan besar di bagian pinggir.

"Sepertinya tidak ada lagi peninggalan bangunan zaman dulu yang tersisa. Ada juga oven peninggalan Belanda, itupun sudah tidak terpakai," jelas Ramlan.

Cafe berkapasitas 500 orang ini memiliki dua lantai. Namun menurut Ramlan bagian atas tidak lagi dipergunakan karena kurang perawatan seiring dengan berkurangnya pengunjung di tempat ini. "Pengunjung makin berkurang. Mungkin karena tidak ada tempat parkir yang memadai," tutur Ramlan.

Seperti halnya dengan tempat wisata yang biasa dikunjungi turis asing, tempat ini pun menjadi begitu sepi pengunjung selepas peristiwa bom Bali tahun 1998. Padahal Ramlan mengaku, pengunjung Braga Permai didominasi oleh turis asing. "Omzet pun sangat menurun," ujarnya.

"Paling kalaupun ada orang asing yang datang itu adalah orang Belanda dan Eropa yang menetap di Bandung," jelasnya. Menjamurnya tempat wisata kuliner di Bandung pun diakui Ramlan menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi sepinya pengunjung.

Meski sepi, sampai saat ini Braga Permai masih mempertahankan peninggalan kolonial dari menu-menu makanan yang disajikan. Menu-menu khas Belanda masih menjadi ciri yang menjadi daya tarik tempat ini. Selain menu-menu kontemporer lain bercitarasa western, oriental dan lokal.(ema/afz)

0 komentar:

 
Design by WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Macys Printable Coupons