Golok Atau Kujang, Souvenir Cantik Untuk Pajangan


Bandung - Apa yang terpikirkan ketika berbicara mengenai golok, pedang atau samurai? Tentunya ingatan akan langsung melayang kepada pertarungan, perang atau hal-hal berbau permusuhan.

Padahal senjata-senjata ini tak selalu menjadi alat untuk beradu kegagahan. Dengan polesan seni, rasa takut yang mungkin muncul ketika berhadapan dengan senjata bisa jadi akan berubah menjadi decak kekaguman.

Bagaimana tidak, senjata-senjata tersebut dibalut dengan sarung-sarung yang diukir dengan terampil. Karakter pahatan yang apik pun tercipta melalui kayu rasamala.

Bagian dalam senjata yang terbuat dari besi pun tak ketinggalan dari sentuhan daya tarik ukiran. Penambahan ornamen-ornamen seperti tanduk kerbau dan tulang kerbau di bagian gagang atau noktah-noktah batuan berkilau untuk menyempurnkannya. Tangan pun akan lebih tertarik untuk mengelus daripada menghunus.

Di Galeri Ridho Asih yang terletak di Kampung Sukamanah, RT 03 RW 03 Desa Mekarjaya Kecamatan Pasir Jambu Ciwidey senjata-senjata ini memang disiapkan sebagai souvenir.

Senjata-senjata yaang berukuran antara 20 centimeter hingga 2,75 meter ini menjadi senjata eksklusif yang khusus dibuat untuk para wisatawan.

Tak hanya sebatas golok, pedang, atau samurai, senjata-senjata lain pun bisa ditemukan, seperti karambit, belati, keris, sangkur, atau senjata tradisional Jabar kujang.

Desain-desain seperti gambar naga, tokoh wayang, atau gambar hewan membuat senjata ini lebih pantas menghiasi salah satu pojok rumah. Desain yang banyak dibuat adalah ukiran naga karena pembelinya lebih banyak berasal dari etnis Tionghoa.

Menurut Pengelola Ridho Asih, Dedi Suarna (31), selain senjata-senjata eksklusif, dirinya paling banyak memproduksi senjata-senjata biasa tanpa ukiran yang artistik.

"Golok biasa kami kirimkan ke pasar-pasar tradisional atau ke pedagang keliling. Sedangkan untuk yang eksklusif kami kirimkan salah satunya ke tempat tempat wisata termasuk Tangkuban Perahu," tutur Dedi ditemui dalam sebuah pameran di Bandung beberapa waktu lalu. Dedi menyebutkan, kerajinan-kerajinan tersebut dikirim ke Jawa Timur, Jawa Tengah, Sumatera, juga Jakarta.

Namun pembuatan senjata hias eksklusif ini dilakukan jika ada pesanan. Dedi mengakui dalam satu bulan memproduksi senjata eksklusif sebanyak 100 buah sedangkan senjata pasar bisa mencapai 500 buah. Dalam proses pembuatannya, untuk satu senjata hias bisa menghabiskan waktu sekitar satu minggu. Untuk harga dimulai dari golok biasa Rp 17.500 sampai yang eksklusif Rp 850 ribu.

Menurut Dedi, selain dirinya, penduduk lainnya sebanyak 144 KK di Kampung Sukamahi juga menggantungkan hidupnya dari usaha golok baik yang hias maupun pasar. Meskipun kebanyakan membuat golok-golok untuk pasar-pasar tradisional. Tempat yang dikenal sebagai sentra golok hias ini ternyata kerap dikunjungi wisatawan asing sebelum meledaknya peristiwa bom Bali.

"Jika biasanya turis datang hampir setiap hari sekarang makin langka itu pun jika ada paket kunjungan wisata yang biasa diadakan hotel," ujar Dedi. Hal ini tentu saja diakuinya menurunkan omzet hingga 50 persen.

Di kawasan Kampung Sukamanah ini, bisa dilihat wisata workshop pembuatan golok. Usaha yang termasuk ke dalam home industry ini diakui Dedi kesulitan dari segi pemasaran. Jika pemasaran bagus permodalan yang tidak bagus, begitu pula sebaliknya. Maka salah satu cara yaitu dengan melakukan promosi di pameran-pameran UKM yang diadakan pemerintah.

Jika anda tertarik untuk melihat dan mengunjungi sentra wisata ini dari Pasar Ciwidey belok ke kanan sampai menemui pangkalan andong lalu berjalan lurus sejauh 1 kilometer menuju Kampung Sukamanah.(ema/ern)

0 komentar:

 
Design by WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Macys Printable Coupons