Bandung - Unsur-unsur estetis yang terdapat pada bangunan-bangunan bersejarah karya arsitektur Belanda sepertinya menjadi sasaran empuk para produser dunia hiburan. Selain Gedung Sate atau Jalan Braga, gedung yang sekarang digunakan sebagai kantor asuransi pun tak ketinggalan menjadi lokasi syuting.
Gedung Jiwasraya, terletak di Jalan Asia Afrika No 53, Kelurahan Braga, Kecamatan Sumur Bandung, berhadapan dengan bagian pinggir Mesjid Raya Bandung. Dibangun pada tahun 1859 di atas tanah seluas 3.289 meter persegi dengan laus bangunan 1.996 meter persegi.
Bangunan ini karya sebuah biro arsitektur Belanda yang nama arsiteknya belum diketahui. Gedung ini dibangun oleh perusahaan asuransi jiwa milik Belanda, Nederlanche Indische Levens Verzekiring En Lijfren Maatcaappij (NILLNY). Perusahaan ini merupakan perusahaan asuransi jiwa pertama di Indonesia.
Gaya arsitektur dengan ornamen khas neo klasik art deco lah yang mungkin membuat diva Indonesia, Melly Goeslaw tertarik untuk menjadikan tempat ini bagian dari film gubahannya, Butterfly yang dirilis beberapa waktu lalu.
"Ya, gedung ini pernah menjadi tempat syuting film Butterfly. Ke depan juga akan dipakai syuting iklan," jelas Bagian Umum Jiwasraya, Hendra tanpa menyebutkan produsen iklan yang akan menggunakan gedung ini untuk syuting.
Wajar kiranya jika tempat ini dijadikan frame untuk sebuah film. Kelangkaan dan keunikannya sudah tampak dari luar gedung. Ketika masuk ke dalam, gaya khas bangunan belanda dengan langit-langit yang tinggi serta tembok-tembok tebal kokoh bercat krem makin menguatkan nuansa kolonialnya.
Bangunan ini terdiri dari dua lantai. Di bagian tangga, setting film Butterfly diambil. Gedung ini terdiri dari bagian depan dan belakang. Sebuah lorong menghubungkan dua bagian ini di lantai bawah. Ada beberapa bagian bangunan belakang gedung yang kelihatannya tidak terlalu dirawat. Terlihat ada bagian langit-langitnya yang terkelupas atau dinding-dinding dengan warna memudar.
Menurut Hendra, pihak Jiwasraya sampai saat ini tak pernah mengubah bagian-bagian gedung karena tidak diperbolehkan pemerintah sebagai gedung bersejarah. "Paling kami melakukan pengecatan, itupun masih disesuaikan dengan cat sebelumnya," ujar Hendra.
Kekuatan unsur sejarahnya diperkuat pula dengan berdirinya sebuah stilasi dari 10 stilasi rekaman sejarah Bandung Lautan Api yang berada di depan bangunan.
(ema/ern)
0 komentar:
Posting Komentar