Bandung - Bagi publik seni, Selasar Sunaryo Art Space bukanlah nama yang asing. Berada di ketinggian Bukit Pakar Timur di No 100, tempat ini menawarkan segala bentuk karya seni yang layak untuk diapresiasi.
Nama Sunaryo diambil dari nama pemiliknya, seniman kenamaan, Sunaryo. Dibangun selama empat tahun dari 1993-1997 oleh Sunaryo dan Baskoro Tedjo yang dibuka pada tahun 1998. Selasar bisa diartikan beranda di tempat terbuka untuk menyambut siapapun yang ingin menikmati karya seni. Tempat ini dibangun untuk memberikan kontribusi dan mendukung perkembangan seni dan budaya di Indonesia.
Awalnya, Selasar Sunaryo dibuat sebagai museum untuk menampung karya-karya Sunaryo. Tetapi dalam perjalanannya, tak hanya karya-karya Sunaryo, sederetan karya-karya seni lain pun bisa diapresiasi.
"Awalnya Selasar Sunaryo dibuat sebagai museum yang menampung karya-karya Sunaryo, tetapi seiring perjalanan, Selsar Sunaryo menjadi pusat kebudayaan kecil," tutur Program Manager Selasar Sunaryo, Anggie Trisnie. Menurut Anggie, tak hanya pameran seni rupa, karya seni lainnya seperti program arsitektur, sastra, film, dan lainnya menjadi pengisi program-program Selasar Sunaryo.
Selasar Sunaryo didirikan untuk memberikan kontribusi dan mendukung perkembangan seni dan budaya di Indonesia. Secara reguler setiap tahunnya dibuat program-program yang memfokuskan pada aktivitas yang mengedukasi publik.
Setiap tahunnya, Selasar Sunaryo memiliki 12-15 program setiap tahunnya. Setiap program yang akan diselenggarakan akan diputuskan melalui dewan pertimbangan kuratorial. Dalam pelaksanaannya, Selasar Sunaryo bekerjasama dengan berbagai pihak yang interest terhadap pendidikan publik dalam kajian seni dan budaya. Misalnya dengan lembaga-lembaga lokal dan lembaga asing seperti Japan Foundation, CCF, British Council atau Goethe Institute. Tak hanya itu, Selasar Sunaryo pun bekerjasama dengan artis, kurator, kritikus, peneliti, juga konservator.
Tahun ini, salah satu program Selasar Sunaryo yaitu perayaan hari jadi yang ke-10. Sebuah buku yang memuat program-program selasar Sunaryo selama 10 tahun terakhir keberadaannya akan diluncurkan.
Anggie menuturkan, saat ini Selasar sedang menggiatkan perkenalan seni dan budaya pada pelajar dan guru-guru seni rupa. Di mana para murid bisa diberikan edukasi seni yang dikaitkan dengan program-program yang ada di Selasar Sunaryo.
Setiap program dilaksanakan di ruang yang berbeda. Terdiri dari beberapa ruang indoor dan outdoor yang begitu mendukung kenyamanan pengunjung untuk menikmati setiap karya. Udara yang sejuk berikut arsitektur bangunan yang menarik membuat setiap pengunjung akan betah berlama-lama sambil menikmati panorama pegunungan yang indah.
Sebutlan dua ruangan pameran yaitu ruang sayap dan ruang tengah. Dua ruangan ini diperuntukan bagi pameran permanen, temporer atau pameran insidental, workshop dan performance art. Ruangan lain yaitu ruang ruparungu digunakan sebagai ruang untuk mempresentasikan karya-karya audio visual, video, pemutaran film sekaligus diskusi.
Menuruni beberapa tangga dari Kopi Selasar, sebuah ruang teater terbuka yang melingkar dibuat untuk pertunjukan teater, konser musik, pembacaan puisi dan pertunjukan seni lainnya. Kembali menuruni tangga menuju bagian terbawah Selasar yaitu menuju Joglo Selasar. Bangunan berbentuk rumah joglo yang dibiarkan terbuka dibagian bagian pinggir bangunannya. Sehingga udara Bandung utara yang sejuk secara leluasa begitu terasa. Tempat ini biasa digunakan untuk program spesial seperti diskusi dan workshop.
Bangunan lainnya yaitu Rumah Bambu, seperti namanya, tentu saja rumah tradisional etnis sunda ini terbuat dari bambu. Disediakan sebagai tempat beristirahat untuk para artis atau sebagai guesthouse bagi pengunjung Selasar. Dibuat dari berbagai jenis bambu yang di desain sedemikian rupa hingga menjadi sebuah hunian yang sederhana, natural dan nyaman.
Kopi Selasar, tempat ngopi yang begitu nyaman dengan deretan meja dan kursi yang terbuat dari kayu. Naungan rimbunnya pohon membuat suasana terasa di alam. Sambil menyeruput kopi, layangkan pandangan pada panorama Bandung yang sepertinya akan membuat rasa kopi lebih menggigit. Bercengkerama sambil menjelajahi dunia dengan fasilitas hotspot yang disediakan.
Untuk mengenang kedatangan di Selasar, sempatkan membeli cinderamata di Gift & Souvenir Shopnya. Di tempat ini tersedia repro karya-karya eksklusif Sunaryo, kartu, poster pameran dan kerajinan. Aneka buku yang memuat tentang seni bisa menjadi pilihan lainnya.
Menuju tempat ini mungkin butuh perjuangan yang cukup panjang bagi warga Bandung yang tidak menggunakan kendaraan pribadi. Dari arah Stasiun Bandung bisa menggunakan angkot Stasion Hall-Dago. Turun di simpang Dago lanjutkan dengan angkot Ciroyom Ciburial. Dari arah terminal Cicaheum bisa menggunakan angkot Cicaheum-Ciroyom. Turun di Simpang Dago lanjutkan juga dengan angkot Ciroyom-Ciburial.
Jangan khawatir jika tidak menemukan angkotan umum jika pulang dari Selasar di malam hari. Manajemen Selasar menyediakan angkot khusus pengunjung yang bisa menghantarkan ke terminal untuk dilanjutkan dengan angkot yang beroperasi selama 24 jam.
(ema/twi)
0 komentar:
Posting Komentar