Seempuk Ayam Serasa Daging Sapi


Bandung - Lembang, tempat berhawa dingin ini sudah sejak lama di kenal sebagai wisata kuliner favorit khususnya di malam hari. Selain jagung dan ketan bakar, sate kelinci menjadi sajian lain yang membuat penasaran, bagaimana sih sebenarnya rasa sate kelinci ini dibandingkan sate ayam atau sate sapi.

Menuju tempat ini dari arah Jalan Setiabudhi lurus terus ke arah Lembang. Bisa ditempuh menggunakan kendaraan pribadi mobil atau sepeda motor. Untuk angkot bisa menggunakan angkot jurusan Lembang-Ciroyom, St. Hall- Lembang atau Bandung-Subang. Jika malam hari, siap-siap saja memakai jaket tebal, karena saat di Jalan Setiabudhi saja udara dingin sudah serasa menggigit kulit, apalagi jika sudah memasuki daerah Lembang.

Tunggu saja, nanti anda akan menemukan deretan warung-warung makan yang menjual sate kelinci. Plang-plang besar bertuliskan sate kelinci akan menjadi pemandu di mana sebaiknya berhenti.

Masuki saja salah satu warung. Beberapa warung membakar daging kelinci di luar, ada pula yang di dalam warungnya. Satu porsi sate sebanyak 10 tusuk plus nasi harganya Rp 16 ribu. Satu porsi satenya sendiri Rp 13 ribu.

Sate disajikan bersama sebakul kecil nasi, irisan tomat dan mentimun serta sambal kecap bercampur bawang dan cabe rawit yang uhm.. pedasnya membuat udara dingin terasa menjadi hangat.

Tak berbeda dengan sate ayam atau sate sapi. Sate kelinci disajikan berbalut bumbu kacang dan taburan bawang goreng. Satu tusuk biasanya terdiri dari tiga potongan daging.

Nah, tiba saatnya bersantap sambil mengunyah mengira-ngira seperti apa ya rasanya sate kelinci ini. Kalau boleh dibayangkan, empuknya sate ini seperti daging ayam, tetapi untuk rasa lebih mirip daging sapi. Setiap tusuk begitu nikmat dipadukan dengan nasi panas yang mengepul berbalut bumbu kacang, nyam.. nyam...nyam.

Jangan lupa cocolkan pada sambal kecap yang pedas. Mulut rasanya tak mau berhenti sampai tak ada satu tusuk pun sate yang tersisa. Padahal perut sudah tak muat tapi mulut masih terus menagih. Pantas saja sate kelinci ini banyak penggemarnya.

Dituturkan seorang penjaga warung, Reni, jika sedang ramai warungnya bisa menghabiskan 30 ekor kelinci. Untuk pengolahan daging tidak ada yang istimewa, sama dengan pengolahan sate ayam atau sate sapi.

Pedagang lain, Ella, yang ditemui sedang mengipasi pembakaran sate kelinci, menuturkan biasanya tempat ini ramai pada hari Jumat, Sabtu dan Minggu terutama pelancong asal Jakarta. Meskipun dibuka dari pagi hari, tetapi pengunjung lebih memilih bersantap pada malam hari di sekitar pukul 20.00 WIB sampai menjelang malam.

Bahkan, menurut Ella, warung bisa buka sampai pukul 02.00 WIB dini hari karena hingga tengah malam pengunjung masih ramai berdatangan.

Mungkin memang sate kelinci ini lebih nikmat disantap di tengah dinginnya udara Lembang. Dijamin anda tak aka hanya satu kali datang. Karena meski rasa penasaran sudah terobati saat pertama datang, tapi hati rasanya ingin kembali mencicipi.(ema/ern)

0 komentar:

 
Design by WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Macys Printable Coupons