Perry Tristianto Rajanya FO Bandung

Bandung - Factory Outlet yang disingkat FO, kerap kali dikaitkan sebagai tempat yang memiliki andil dalam menjadikan Bandung sebagai kota wisata belanja.

Meski dituding sebagai biang keladi bertambahnya intensitas kemacetan di Bandung, tak bisa dipungkiri kehadiran FO memberikan nilai positif, tak hanya menyangkut image, tapi juga perkembangan iklim usaha di kota yang dijuluki Parijs Van Java ini.

Asal muasal FO tak bisa dilepaskan dari nama Perry Tristianto Tedja. Berkat keberhasilannya dalam usaha FO, julukan sebagai raja FO pun disandang pria kelahiran Bandung, 22 Februari, 48 tahun silam ini.

Perry sendiri memulai usaha di bidang pakaian dari tahun 90-an. Nama FO berawal dari nama toko yang didirikannya di tahun 1999 dengan nama FOS atau Factory Outlet Store. Perry mengaku nama itu terinspirasi dari nama tempat usaha serupa seorang kawannya di Malaysia.

Kehadiran tempat ini seperti gula yang mengundang semut untuk mengerubung. Masyarakat seolah tersihir untuk berbelanja dengan buaian kata sisa ekspor yang dihembuskan. FO pun booming sebagai tempat alternatif baru untuk berbelanja.

Kata factory outlet pun makin menyebar dari mulut ke mulut. Dari situlah kisah FO dimulai. FOS pun kini sudah berganti dengan nama Big Cut Price yang masih terletak di lokasi yang sama, Jalan Aceh 66.

Definisi FO sendiri menurut Perry, sederhana yaitu toko untuk menjual pakaian yang kelihatan murah. "Pada dasarnya FO menjual barang sisa ekspor. Di mana orang mencari barang branded sesuai dengan yang original tapi dengan harga miring," tuturnya.

Melihat antusiasme pasar terhadap usaha FO-nya, kemudian Perry merambah jalan lain untuk membuka usaha serupa. Perry membuka FO di Jl Otten yang juga akhirnya ramai-ramai diikuti oleh para pengusaha. Meski akhirnya tak ada satupun FO bertahan di kawasan ini karena memang di jalan ini tidak diizinkan untuk berdirinya FO.

FO pun mulai menyebar ke Jalan Sukajadi, Jalan Martadinata kemudian Jalan Setiabudhi, tak ketinggalan Jalan Dago dan Jalan-jalan lainnya di kota Bandung.

Namun Perry menilai, saat ini konsep FO sendiri sudah bergeser dari konsep dasarnya yaitu barang sisa ekspor. Sebab banyak produk dari Jakarta atau produk-produk yang pasaran turut meramaikan FO.

12 FO kini berada di bawah pengelolaan pria lulusan Stanford College, Singapura ini. Beda, konsep yang selalu menjadi ciri yang ingin ditampilkan Perry dalam usahanya. Menciptakan sesuatu yang baru dengan target pasar yang berbeda.

Semisal Galeri Lelaki di JL RE Martadinata yang menyediakan kebutuhan khusus pria, Bale Anak di Jl Sumatera yang khusus untuk anak atau China Emporium di Jl RE Martadinata yang sebentar lagi akan berganti wajah dengan konsep terbaru khas Perry.

Ciptakanlah sesuatu yang baru, demikian filosofi Perry. Berbeda tanpa meninggalkan nuansa khas tanah parahyangan.

Perry berfalsafah setiap apa yang diciptakan, itu mencerminkan karakter dan gaya pemiliknya. "Saya lucky," ujar Perry. Keberuntungan, Perry anggap menjadi anugerah dalam keberhasilan usahanya.(ema/ern)

0 komentar:

 
Design by WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Macys Printable Coupons