Entrepreneurs Wed, 18 Feb 2009 15:17:00 WIB
Bagi sosok Wawan Gunawan, pemilik Planet Production di Jl Surapati Bandung, terjun ke bisnis kaus tidak disesalinya. Malah, kini dia mulai mengembangkan kerajaan bisnis kaosnya itu ke usaha distribution outlet (distro) yang identik dengan anak muda.
Sejak memulai usahanya pada 1998, tidak terhitung berapa banyak potong kaus yang sudah dikerjakannya.
Bisnisnya ini berawal setelah krisis moneter pada 1997, ketika kaus impor dari mancanegara semakin mahal. Akhirnya, banyak yang memproduksi sendiri untuk dijual di pasar dalam negeri.
Kemudian pada 2000-an, tumbuh kaus yang diproduksi di rumahan untuk dipasarkan di jaringan distro, seperti merek 347, Ouval, Airplane atau Eat.
"Industri kaus Suci tumbuh ketika krisis ekonomi tengah melanda negeri ini pada 1998. Ketika itu, banyak yang kehilangan pekerjaan dan beralih ke usaha sablon kaus. Banyak juga yang mendirikan warung kaus dan terbukti kaus memberi kami penghidupan sampai hari ini," katanya bercerita.
Sebelum sukses menjadi perajin terbesar di sentra kaus Suci, dia hanya perajin kecil yang mengerjakan kaus limpahan dari perajin lainnya. Namun, 2 tahun kemudian, tepatnya pada 1998, karena keseriusannya tersebut, akhirnya mampu memiliki pelanggan sendiri.
"Mesin saja tidak punya, pesanan yang dikerjakan pun lemparan dari perajin lainnya. Namanya juga order lemparan, pasti mendapatkan jatah yang sedikit," kata pria kelahiran 13 Maret 1957 ini.
Usahanya mulai berkembang setelah mendapatkan pesanan dari salah satu partai peserta pemilu pada 1999 sebanyak 200.000 potong kaus. Ketika itu, jumlah itu terhitung sangat besar mengingat perajin lainnya hanya mendapatkan pesanan sekitar setengahnya saja.
Sejak saat itu, nama Planet Production mulai dikenal hingga puncaknya terjadi pada 2004, karena mendapatkan pesanan pengerjaan kaus kampanye pemilihan presiden sebanyak 1 juta potong kaus.
Nama Planet Production pun semakin terdengar di telinga para pemesan kaus, yang sebagian besar adalah partai politik. Bahkan, tidak jarang pula setiap parpol tersebut memberikan referensi Planet Production kepada parpol lainnya.
"Sekarang, alhamdulillah sudah punya mesin sendiri sekitar 100 unit mesin obras, 20 unit mesin jahit, dengan jumlah pekerja mencapai 120 orang. Pesanan pun datang hampir dari tiap provinsi," katanya.
Khusus untuk pembuatan kaus pilkada, Planet Production banyak menerima pesanan sejak 2004.
Menurut Wawan, pesanan untuk pilkada lumayan besar jumlahnya, mencapai sekitar 300.000 potong per bulan. Kaus itu biasanya dibuat dari bahan hyget yang murah dengan harga jual Rp 5.000 per potong.
Satu partai atau calon kepala daerah biasa memesan sekitar 5.000 potong untuk satu desain. Keuntungan yang dikantongi hanya sekitar 5%. "Tak besar untungnya, tapi kalau pesanan banyak dan terus, itu bisa menghidupi produksi," kata Wawan.
Namun, dia mengingatkan saat high season seperti sekarang, menjelang pemilihan calon legislatif dan presiden 2009, perajin kaus harus ekstra hati-hati. Pasalnya, banyak rekan usahanya yang merugi saat pemilu 2004, bahkan sampai gulung tikar, karena pesanan kaus tidak dibayar.
"Seorang perajin merugi Rp85 juta karena ada beberapa parpol yang tidak menebus pesanan kaus," katanya.
Bidik distro
Melihat kesuksesan yang diraih Planet Production, kini banyak yang ikut mendirikan industri rumahan kaus di Bandung.
Bagi Wawan, industri kaus bukan sekadar mengejar keuntungan ekonomi, melainkan juga merupakan proses mengembangkan karyawan menjadi manusia mandiri dan produktif.
Hal itu dibuktikan dengan adanya keinginan para pekerja kaus untuk mengembangkan usahanya sendiri. Dengan kata lain, mengekor kesuksesan bosnya.
Kini dia mempunyai empat pabrik, dengan produksi rata-rata 500.000 potong kaus per bulan. Jika tidak dalam musim pemilu, dia memproduksi kaus untuk memenuhi pesanan dari berbagai perusahaan, seperti perusahaan rokok, operator telepon seluler, atau perbankan.
Wawan berencana mengembangkan usahanya dengan membuka sejumlah distro di Kota Bandung. Meskipun belum memiliki merek sendiri, lulusan Akademi Industri dan Niaga pada 1980 ini sangat serius menggarapnya.
Bahkan, seandainya memiliki dana yang cukup, pria yang sempat mengenyam pendidikan Teknik Industri di Universitas Pasundan ini berkeinginan untuk turut membuka cabang Planet Production di kota lain.
"Rencana ke depan, akan membidik distro, sekarang baru punya satu distro, meskipun hanya produksi saja. Nah, tahun ini, selain menambah jumlah distro, saya juga akan punya merek sendiri," terang ayah tiga putra ini.
Rencana ekspansi tersebut akan mulai dikerjakan setelah pengerjaan pesanan untuk kampanye calon legislatif dan presiden selesai.
Meskipun terhitung baru di dunia distro, tidak menyurutkan niatnya untuk tetap berkecimpung dan harus bersaing dengan kreativitas anak muda. Dia yakin, dirinya cukup profesional dan ahli dalam menjalankan usaha distro.
"Usaha distro sedikit berbeda dengan mengerjakan kaus partai, dibutuhkan quality control yang benar dan memang harus ahli dan kreatif," katanya.
Di bisnis distro, Planet Production harus bersaing dengan usaha sejenis yang sudah berdiri lebih dahulu di Jalan Sultan Agung-Trunojoyo, yang telah melejit dan mendapatkan tempat di hati anak muda. (redaksi@bisnis.co.id)
Ajijah
Kontributor Bisnis Indonesia
Sumber: Bisnis Indonesia
0 komentar:
Posting Komentar