Kamis, 7 Mei 2009 | 10:10 WIB
KOMPAS.com — Anda mungkin tergelitik dengan banyolan khas yang tertulis pada kaus buatan Joger, Dagadu Yogya, atau gambar dan tulisan ala C59. Nah kali ini, dari Kota Kembang muncul lagi pendatang terbaru di bisnis kaus. Bedanya, tulisan dan gambar pada produk mereka menggunakan slogan dakwah.
"Dengan memproduksi kaus, kami ingin mewarnai dan memberi aura positif," ujar Lucky Rahmat, Manajer PT Diplus Indonesia, sang produsen kaus religi.
Bisnis kaus dakwah ini bermula dari pertemuan rutin Ihaqi, kelompok pelatihan manajemen berbasis religi dengan anggota sekitar 6.000 orang. Dari pertemuan itulah tercetus ide membuat merchandise. Erick, pemilik PT Diplus, memutuskan mencetak kaus bernada dakwah. Modal awalnya Rp 10 juta.
Awalnya, Ihaqi hanya memproduksi 100 kaus. Proses pembuatannya pun masih menumpang pada pabrik kaus kenalan Erick. Karena menuai respons bagus, Erick memproduksi lebih banyak lagi. Dari hanya kaus, ia mulai membuat pin, topi, serta tas kecil tempat mukena dan Al Quran.
Masing-masing produk selalu bergambar dan bertuliskan pesan-pesan religi, misalnya bertutiskan 'Senyum Itu lbadah" dan "Muslim Ritual Pray".
Saat ini, kata Lucky, perusahaannya memproduksi 6.000 kaus setiap dua bulan. Adapun produksi pin sekitar 5.000 buah per bulan, topi dengan tiga model sekitar 900 buah per bulan, dan tas sekitar 200 buah setiap bulan. Semua merchandise tersebut dipajang di gerai Ihaqi yang terletak di Jalan Trunojoyo, Bandung.
Untuk kaus anak-anak, Ihaqi membanderol produknya dengan harga Rp 50.000 per helai. Kaus lengan panjang untuk perempuan harganya Rp 90.000 per kaus, dan kaus lengan pendek untuk laki-laki Rp 80.000.
Lucky mengatakan, dalam sebulan bisa melego 2.500 lembar kaus, sedangkan penjualan aksesori lain, seperti pin sebanyak 2.000 unit per bulan, topi 100 buah, dan tas 100 buah per bulan. Dari penjualan itu, Lucky meraup omzet Rp 150 juta sebulan. Sekitar 20 persennya masuk kantongnya sebagai keuntungan.
Andalkan agen
Bagi Lucky, prospek bisnis ini cukup bagus. Lucky menyebut peluangnya besar karena sebagian besar penduduk Indonesia adalah Muslim.
Dari mutu produk, kata Lucky, Ihaqi membidik segmen kelas menengah. "Kami tak bisa main terlalu ke bawah karena bahan baku yang kami gunakan juga bukan sembarangan," katanya, berpromosi. Sementara kelas atas, belum tentu suka dengan produk ini karena biasanya mereka lebih memilih kaus branded.
Kata Lucky, pada hajatan Ina Craft di Jakarta April lalu, produk Ihaqi ternyata banyak diminati. Bahkan, langsung mendapat tiga agen yang siap membeli produk Ihaqi dalam jumlah besar, yakni dari Bogor, Cirebon, dan Balikpapan. Mereka ini umumnya meminati kaus dan pin. Hingga berakhirnya Ina Craft, Ihaqi mampu menjual hingga 1.200 lembar kaus.
Saat ini Lucky sedang membentuk komunitas agen Ihaqi. Dia berniat merekrut agen dari tingkatan SMP, SMU, perguruan tinggi, hingga ibu-ibu pengajian. Sebab, Lucky menilai, pemasaran lewat agenlah yang paling cepat.
Jika agen sudah mencapai 50 orang, Ihaqi memberikan pelatihan entrepreneurship gratis. (Dupla Kartini PS/Kontan)
0 komentar:
Posting Komentar