Selasa, 9 Desember 2008 | 12:44 WIB
Muda usia, tapi penuh prestasi. Tak hanya mengharumkan nama Indonesia di ajang internasional lewat lukisan indahnya, mojang kelahiran Bandung, 17 April 1990 ini juga giat mengumpulkan rupiah lewat bisnis distro. "Mumpung masih muda," demikian alasan pemilik nama Alexandra ini penuh semangat.
Kecil-kecil kamu sudah sibuk berbisnis sambil terus melukis. Kenapa?
Karena saya masih muda jadi harus semangat terus. Mumpung masih muda saya ingin melakukan banyak hal. Kalau usia saya sudah terlalu tua, belum tentu saya akan mendapatkan kesempatan yang sama. Saya melihat banyak orang sukses karena memulai karirnya dari nol, sejak mereka masih sangat muda dan belum memiliki apa pun. Saya bisa berada di posisi sekarang juga kan karena sudah memulainya sejak awal.
Memang sudah senang melukis dari kecil?
Iya. Aku melukis sejak usia balita. Pertama sih, cuma corat-coret di atas kertas, lama-lama diseriusin sama orangtua dengan rajin mengikutsertakan aku di berbagai lomba lukis. Ini sejak TK. Dari situ aku beberapa kali menang lomba lukis antar sekolah di Bandung, se-Jawa Barat, hingga tingkat internasional.
Pertama kali mendapatkan penghargaan internasional?
Juara internasional pertamaku waktu di Niigata, Jepang, dimana aku dapat medali perak. Saat itu usiaku masih 12 tahun, sekitar kelas 6 SD. Peserta dari Indonesia banyak sekali, lo, karena yang ikut kan, bukan dari sanggar Papa aja. Makanya ketika medalinya dikirim ke sini, aku senang bukan main.
(Di ajang internasional, Alexandra selain pernah mendapatkan Silver Prize di The 6th Niigata Biennial International Children Art Exibition tahun 2002, juga menjuarai The 12th International Competition of Children's and Youth Art Creativity "Always Green Always Blue" Polandia tahun 2002 dan 2007, Morizo and Kiccoro Special Prize pada "One Hundred Tales of Morizo and Kiccoro Picture Contest" Aichi, Jepang tahun 2005, The 4th International Children Art Biennale, Bangladesh tahun 2006)
Memang orangtua yang mengarahkan kamu menjadi pelukis?
Papa dan kakekku memang pelukis. Tapi mereka sama sekali tidak mengarahkan aku. Bakat itu keluar begitu saja. Ya, mungkin karena sudah turunan, ya. Kebetulan Papa juga kan punya sanggar lukis di Bandung jadi aku bisa ikutan belajar di sana. (Alexandra tak ingin nama Ayah-Ibunya dipublikasikan. Ia tak mau orang melihat dirinya dari siapa yang menjadi orangtuanya)
Tapi kenapa kamu malah buka distro, bukannya galeri?
Waktu aku kelas 2 di SMP St Alloysius, Bandung, aku dikasih project bikin kaos di kelasku. Ternyata, kaos buatanku disukai teman-teman dari kelas lain. Sejak itu aku mulai kebanjiran order untuk bikin kaos pesanan mereka.
Nah, tepat di depan sekolahku kan, banyak sekali berdiri distro dan butik-butik baru. Dari situ timbul keinginan punya distro sendiri. Akhirnya, setahun kemudian, aku membuka distro sendiri, Soul Artist, enggak jauh dari sekolah juga. Tepatnya di Jalan Bahureksa.
Enggak mengganggu urusan melukis?
Tapi, aku tetap kok, melukis. Kalau tidak ada halangan, tahun depan aku ingin pameran tunggal. Sekarang sedang berusaha menambah koleksi lukisan, supaya cukup untuk pameran. Kan, biasanya lukisan yang dibutuhkan minimal 30 buah. Sedangkan aku baru punya belasan.
Enggak ada konsep khusus untuk pameran tunggalku nanti. Karena ini baru pertama kali, aku hanya ingin menampilkan apa adanya aku dulu, tidak mengotakkan diri pada satu tema khusus.
Sekarang, aku sedang menyelesaikan satu lukisan di atas kanvas sepanjang 1,8 meter. Ya, mudah-mudahan dalam waktu dekat bisa selesai.
Dari sekian banyak lukisan yang kamu buat, mana yang paling berkesan?
Semua lukisan yang kubuat sangat berkesan dan punya makna sendiri. Aku terbiasa membuat lukisan yang berawal dari sebuah inspirasi. Jadi enggak pernah asal melukis, selalu ada konsepnya. Semua punya cerita tersendiri.
Ada sih, beberapa karyaku, entah itu di media lukis atau T-Shirt yang tidak dengan mudah dimengerti orang. Menurutku ini wajar aja, karena mungkin orang lain belum pernah memiliki pengalaman seperti yang kualami. Jadi tentu dia sulit mengartikan karyaku.
Aliran lukisan yang kamu pilih?
Lukisanku sekarang lebih ke kontemporer. Dulu, karena masih dalam tahap pembelajaran, jadi suka ganti-ganti. Sekarang sih, aku sudah yakin di kontemporer. Aku pilih kontemporer karena alirannya menganut paham bebas dan tidak terpaku pada satu pakem.
Salah satu pelukis favoritku adalah Chris Lewis yang dari Amerika Serikat. Dia itu pelukis yang senang sekali melukis objek naturalis dengan menggunakan cat minyak.
Distro kamu ini awalnya dibuka dengan modal sendiri?
Wah, darimana uangnya? Enggaklah. Papa kok, yang memberi modal awalnya. Tapi alhamdulillah, dalam waktu beberapa tahun saja aku sudah bisa melunasinya kembali.
Produk yang dijual, kamu desain sendiri?
Iya. Tapi ada juga beberapa T-Shirt yang dijual di sini yang bukan label clothing aku, melainkan clothing milik temanku, tapi kebetulan aku juga yang mendesain. Selain itu aku juga menjual T-Shirt band-band luar negeri seperti Amerika Serikat yang kupesan melalui online.
Bagaimana kamu membagi waktu antara belajar, melukis, dan bisnis?
Nilaiku di sekolah sih, standar-standar aja, ya (saat ini Alexandra sekolah di SMU 3 Bandung, jurusan IPA). Pulang sekolah, biasanya aku di distro dan Café.
(Distro milik Alexandra satu bangunan dengan Café Remboelan yang merupakan kafe milik orangtuanya. Jadi, setiap hari, sambil menjaga butiknya, Alexandra juga bertugas menjaga kafe orangtuanya)
Kadang aku juga mengerjakan lukisanku di sini. Di waktu luang, aku menghabiskan waktu dengan nge-band bareng teman-teman. Selain itu aku juga sedang membuat beberapa lagu untuk bikin demo album sebagai penyanyi solo.
Kamu bermusik juga?
Iya. Aku punya dua band, salah satunya bernama Demons Good for Children. Di kedua band tersebut aku berperan sebagai vokalis dan dua-duanya juga beraliran metal hardcore. Sedangkan di proyek solo, aku lebih bermain di pop alternative. Aku sadar masyarakat kita belum terbiasa dengan aliran musik yang keras makanya aku pilih yang sedikit lembut. Hehehe.
Kenapa hardcore?
Enggak tahu juga, ya. Mungkin karena terpengaruh Mamaku yang juga suka hardcore.
Bisa main alat musik?
Bisa juga (sambil tertawa). Aku menguasai gitar dan piano. Aku ikut les piano sejak kelas 2 SD hingga 1 SMP. Setelah itu les gitar selama 3 tahun. Sekarang karena sudah mengerti bagaimana bermain musik dengan baik jadi tidak les lagi. Tinggal memantapkan saja.
Kalau bisa memilih, kamu mau jadi pelukis, penyanyi, atau pebisnis, sih?
Kalau ditanya begitu, aku akan jawab ingin menjalani semuanya. Tapi, jujur, prioritasku sebenarnya ingin jadi penyanyi solo. Makanya aku serius sekali berupaya merampungkan demo album soloku. Kalau sudah selesai, aku ingin segera kirim ke label rekaman, Aksara atau Sony.
Tetapi melukis akan jalan terus?
Tetap akan kuasah karena ini kan juga salah satu anugerah Tuhan buat aku. Setelah lulus SMU nanti aku mau coba daftar beasiswa ITB untuk jurusan desain seni rupa. Ngomong-ngomong, aku masuk SMU 3 Bandung ini juga beasiswa karena prestasi di bidang lukis.
Intinya, aku tidak mau stuck di satu bidang keahlian saja. Aku masih muda. Aku mau mengoptimalkan semua kemampuanku hingga tak terbatas. Aku tidak mau apa yang kumiliki hanya berhenti di sini saja.
Pesan untuk anak-anak seusiamu?
Capailah apa yang bisa kamu capai sekarang. Jangan tunggu nanti!
Ester
0 komentar:
Posting Komentar