Diabolic untuk Pecinta Band Indie
Ema Nur Arifah - detikBandung
Bandung - Distro dengan konsep menjual produk band indie sepertinya bukan lagi hal baru dalam industri clothing. Tapi Diabolic mencoba eksistensinya dengan menjajal konsep tersebut dan berpegang pada prinsip dari komunitas untuk komunitas.
Berlatar belakang komunitas musik, Dicke Darajat Bhadroen (24) dan Ariandi Aulia (25), setahun yang lalu membuka distro yang ingin fokus pada komunitas musik dengan nama Diabolic.
Diabolic yang berarti kehancuran, menurut Dicke tidak dimaknai sebagai kata sebenarnya. Tapi Diabolic di sini berarti untuk menghancurkan pandangan sebelah mata masyarakat pada komunitas musik sebagai komunitas yang mandiri.
"Kita ingin ngehancurin anggapan masyarakat yang memandang sebelah mata pada komunitas musik," ujarnya.
Meski baru setahun Dicke dan Ari membangun Diabolic, industri clothing bukan barang baru buat mereka. Sebelumnya, masing-masing sudah punya brand sendiri.
Dicke dengan Nerve nya dan Ari dengan Soul Redemptionnya. Tapi saat itu mereka hanya jadi supplier-supplier ke beberapa distro.
Kini, Dicke dan Ari mencoba peruntungan dengan mendirikan distro sendiri. Konsep musik tetap jadi pijakan dengan tagline 'stuff and rock merchandise'.
"Untuk setahun ini kita ingin membangun brand image pada komunitas kalau mereka ingin mencari merchandise musik, di sinilah tempatnya. Pokoknya dari komunitas untuk komunitas," tutur Dicke saat ditemui di showroom Diabolic Jalan Buah Batu No 26.
Bukan hal yang sulit sepertinya bagi mereka untuk memperkenalkan nama Diabolic di kalangan komunitas. Meski baru meraba-raba pasar, tapi Dicke mengaku pelan-pelan brand image itu sudah terbangun. Setidaknya ada 70 brand yang tergabung di Diabolic.
Rata-rata adalah brand-brand baru yang usianya antara setahun-dua tahun. Dengan komposisi 70 persen brand dengan konsep musik dan 30 persen universal. "Kita konsepnya tetap musik tapi kita juga membuka untuk brand-brand umum," tutur mahasiswa Fikom Unisba ini.
Kalau datang ke Diabolic, telinga akan dimanjakan dengan musik menghentak. Hampir seluruh dinding ruangan ditempeli dengan artikel, leaflet, atau gambar-gambar musisi rock.
Item produk yang dijual tidak jauh dari t'shirt, sweater, jaket, sepatu, tas, topi, CD band dan lain-lain. Sampai akhir tahun, Diabolic meluncurkan sale up 60 persen. "Kita ingin memanjakan supplier," ungkap Dicke.(ema/avi)
0 komentar:
Posting Komentar