Bandung - Memposisikan sebagai kota wisata belanja dengan FO dan distronya tak membuat pusat-pusat perbelanjaan lainnya di Bandung surut pengunjung.
Pasar Baru yang terletak di Jalan Otto Iskandar Dinata misalnya sampai saat ini masih menjadi tujuan masyarakat Bandung untuk mencari barang-barang murah meriah sampai kelas kakap.
Secara historis Pasar Baru pernah tercatat sebagai pusat perekonomian di Bandung pada abad ke-19. Dalam catatan Bandung Heritage, Pasar Baru dibangun pada tahun 1896. Saat itu digunakan untuk menampung pedagang yang membuka usahanya di sekitar Alun-alun dan Sumedangweg yang sekarang dinamakan Jl. Otista.
Hingga tahun 1926, Pasar Baru terdiri dari bangunan semi permanen dan kumuh. Namun kekumuhan itu segera berganti seiring dengan pesatnya pertumbuhan kawasan Stasiun yang berada di dekatnya. Pada tahun tersebut didirikanlah bangunan pasar yang baru.
Dengan berdirinya bangunan baru tersebut kawasan ini pun tumbuh menjadi tempat favorit warga kota untuk bersantap malam dan berbelanja. Pasar ini pernah dijuluki sebagai pasar terbersih di Nusantara pada tahun 1936.
Perombakan kembali terjadi di tahun 70-an. Pasar diubah menjadi bangunan bertingkat. Namun sayang banyak ruang-ruang bangunan yang kurang dimanfaatkan dengan baik sehingga jadi ruang terabaikan.
Akibatnya, akhir tahun 90-an, bangunan Pasar Baru dikenal sebagai tempat yang kumuh dan tidak terawat. Barulah pada tahun 2004 pasar baru mengalami perombakan menjadi pasar semi modern dengan nama Pasar Baru Trade Center.
Diakui Supervisor Promotion Pasar Baru Trade Center, G. Suga Setia bangunan pasar baru mengalami perombakan sebanyak tiga kali. Sampai akhirnya sekarang pasar baru sudah menjejakan sebagai pasar tradisional yang modern.
"Saat ini Pasar Baru sudah memasuki generasi ke-4 dengan tiga kali renovasi. Terakhir Agustus 2003," tutur Suga.
Sebelumnya, tutur Suga, Pasar baru masih kumuh dan becek kini sudah disetarakan sehingga konsepnya pun berubah menjadi trade center.
Terdiri dari 12 lantai dengan luas keseluruhan 10 hektar. Di mana lantai 1-5 yang efektif untuk perniagaan sandang sedangkan lantai 6 untuk food court. Basement 1 dan basement 2 digunakan untuk pasar tradisional. Sedangkan Lantai lainnya digunakan untuk mushola dan parkir.
"Meski sudah modern kami tidak ingin menghilangkan konsep pasar tradisionalnya," ujar Suga. Saat ini, tak kurang dari 3.000 pedagang bernaung di Pasar Baru.
Berbagai komoditi menjadi produk-produk yang dijual untuk menarik konsumen. "Kami masih memposisikan sebagai tempat yang menjual barang kualitas harga murah dari mulai kelas teri maupun kelas kakap," ungkap Suga.
Dituturkan Suga, transaksi yang terjadi dalam satu hari bisa mencapai Rp 1 miliar. "Rata-rata para pedagang di sini bisa menghasilkan omzet Rp 3- 5 juta per harinya," tambah Suga.(ema/afz)
0 komentar:
Posting Komentar