Lotek dan Cendol Alkateri, Pasangan Seiya Sekata


Bandung - Namanya juga surga kuliner, tak peduli di manapun tempatnya wisata kuliner Bandung selalu dicari. Seperti di salah satu jalan yang menembus Jalan Asia Afrika dan Jalan ABC, Jalan Alkateri.

Entah bagaimana sejarahnya di jalan sepanjang 200 meter ini berderet kuliner-kuliner istimewa misalnya Warung Kopi Purnama atau Ronde Jahe Alkateri.

Tidak hanya itu, hampir mendekati ujung Jalan Alkateri ke arah Jalan ABC satu lagi kuliner lezat murah meriah bisa dimasukan dalam agenda wisata kuliner anda.

Di warung instan yang didirikan di trotoar ini, Oom (42) dengan loteknya dan Asep (31) dengan cendol putihnya berjualan secara berdampingan. Kedua jenis kuliner yang mereka jual ini ternyata bisa membuat pengunjung berjejal terutama akhir pekan.

Bahkan seperti seiya sekata mungkin juga sehidup semati jika lotek habis maka cendol pun habis. Begitu pula jika lotek tersisa cendol pun akan tersisa.

Kelezatan lotek Alkateri ini mulai ada tahun 1984. Usaha itu dirintis oleh ibu Oom kemudian diteruskan olehnya. Setahap demi setahap usaha loteknya terus meningkat dan menambah jumlah pelanggan.

Meski dari dulu sampai sekarang tempat yang dipilih adalah trotoar. Tapi hal itu tidak membuat pelancong Jakarta sungkan untuk datang. Malah merekalah yang berjubel di tempat ini ketika akhir pekan.

Ketika memesan lotek maka Oom akan bertanya 'pait'(pahit-red)'?. Artinya apakah loteknya akan menggunakan buah pare atau daun pepaya yang memang rasanya pahit. Setelah itu barulah Oom bertanya tingkat kepedasannya.

Proses meracik lotek ala Oom terbilang cepat sebab Oom memakai bumbu kacang instan. Sebelumnya bumbu kacang yang sudah berbumbu di racik di rumah. Proses pemblenderan kacang membuat tekstur bumbu tampak halus sehingga mudah menyatu dengan sayuran.

Uniknya, kerupuk yang biasanya dimakan terpisah juga dicampurkan dengan adonan lotek saat dalam ulekan. Alhasil, renyahya kerupuk akan berbaur dengan suap demi suap lotek.

Lotek tidak disajikan dalam piring tapi dalam kertas nasi yang dibuat kerucut mirip seperti es krim. Disajikan dengan taburan bawang goreng lalu diselipkan kerupuk. Dari tampilan saja sudah membuat penasaran.

Kelezatannya pasti sudah begitu pas di lidah banyak orang. Sebab dalam satu hari saja Oom mengaku dalam satu hari bisa menjual sampai 200 bungkus. Jumlah yang sangat banyak bukan? Tidak terbayang ketika akhir pekan yang jumlah pengunjungnya tambah banyak.

Seperti tidak bisa dipisahkan, rata-rata jika memesan lotek pastilah memesan cendol. Mungkin cendol buatan Asep ini satu-satunya cendol berwarna putih di Bandung. Asep mmeulai usaha cendol ini tahun 1995 dan langsung berdampingan dengan Oom di Jalan Alkateri.

Cendol terbuat dari tepung aren (aci kawung-red) yang juga digunakan untuk pembuatan goyobod. Masih ingat goyobod kan? Cendol ini memiliki bentuk yang lebih pipih. Teksturnya juga lebih lembek. Disajikan begitu khas yaitu di dalam gentong sehingga disebut cendol gentong.

Menurut Asep, jika menggunakan gentong cendol yang sudah dituangi es batu akan lebih lama dingin. Jika cendol hijau biasanya menyajikan santan dan gula satu persatu. Cendol gentong sudah dicampur santan saat dalam gentong. Kalau sudah siap diminum barulah ditambahkan cairan gula aren.

Jajan murah meriah ini hanya perlu mengeluarkan kocek Rp 8.500 yaitu lotek Rp 6 ribu dan cendol Rp. 2.500. Menu lain yang juga bisa dinikmati adalah soto Bandung yang satu porsinya Rp 7 ribu. Sikat saja!(ema/afz)

0 komentar:

 
Design by WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Macys Printable Coupons