Bandung - Bandung yang kaya akan makanan tradisional dan kreatifitas kulinernya tidak serta-merta antipati dengan banyaknya makanan-makanan khas dari daerah lain.
Kerak telor misalnya, biarpun makanan asli tanah Betawi, tak berarti urang Bandung tak bisa ikut menikmati.
Mencari pedagang kerak telor di Bandung tidaklah sulit. Setiap sore hingga tengah malam, beberapa penjual kerak telor selalu mangkal di Gasibu. Ada yang di
depan gerbang Gedung Sate atau pun di pelataran Gasibu.
Menurut salah seorang penjual kerak telor, Iwan Sutiawan (22), di Gasibu terdapat sekitar enam pedagang kerak telor. Biar pun makanan ini khas betawi, ternyata semua pedagang itu bukan orang Betawi asli orang Garut.
Tapi jangan salah. Meskipun tidak memiliki darah Betawi, tapi kepiawaian mereka dalam memasak kerak telor jangan diragukan. Iwan sendiri mengaku dirinya selalu ikut berpartisipasi dalam acara Pekan Raya Jakarta.
Kerak telor sendiri bahan-bahannya cukup banyak meski hanya bahan-bahan sederhana yang mudah disediakan. Pertama beras ketan yang sudah direndam dimasukan ke dalam wajan dengan ukuran agak melebar. Kemudian masak beras di atas anglo yang sudah berisi bara api.
Penggunaan anglo ini agar kematangan kerak telor merata. "Kalau pakai kompor, nanti akan bau," tutur Iwan. Tak lupa terus mengipasi anglo agar dihasilkan kematangan yang merata.
Setelah beras ketan mengerak dimasukan bumbu-bumbu. Seperti ebi kering, garam, penyedap rasa, kelapa parut yang sudah dicampur bumbu rendang, lalu ceplokan sebutir telur diatasya.
Telur yang digunakan bisa telur ayam atau telur bebek. Yang pasti apapun telur yang dipilih, harganya juga berbeda, rasanya pun mungkin akan sedikit berbeda. Untuk telur ayam Rp 8 ribu sedangkan telur bebek Rp 9 ribu.
Semua adonan yang sudah dimasukan dicampur-campur hingga adonan pun tambah melebar di atas wajan. Setelah bagain bawah matang, wajan pun dibalikan untuk mematangkan bagian atas. Adonan tidak akan tumpah karena sudah mengerak di wajan. Tidak lama kerak telor pun matang dengan warna kuning kecoklatan.
Tak sampai disitu, sentuhan terakhir diberikan serundeng yang dicampur abon sapi kemudian taburi dengan bawang goreng. Ehm... kerak telor hangat pun siap untuk disantap.
Rasanya campur-campur, ada gurih, manis juga asin dengan kerenyahan dari beras ketan dan bawang goreng yang kriuk. Sayang tidak ada rasa pedasnya. Mungkin setiap penjual akan menghasilkan rasa kerak telor yang berbeda.
Anda bisa memilih untuk makan di tempat atau dibungkus pulang. Jika memilih makan di tempat, sore hari tentunya waktu yang tempat. Selain kerak telor, beberapa tenda di kawasan Gasibu juga menjual susu hangat.
Biasanya di tempat ini suka dijadikan tempat kencan untuk beberapa pasangan, terlebih malam hari. Mereka tersebar di anak-anak tangga Gasibu. Tentunya sambil menikmati suasana Gedung Sate dalam keremangan.(ema/ern)
0 komentar:
Posting Komentar