Jumat, 12/12/2008 08:34 WIB
Ema Nur Arifah - detikBandung
Bandung - Tidak bisa ditolak, kalau pengusaha clothing kian hari kian bertambah angka. Dari mulai skala besar dengan produksi gede-gedean sampai skala kecil yang hanya memproduksi beberapa lusin saja.
Seperti halnya Blaze yang memulai usaha clothingnya hanya dengan memproduksi beberapa lusin t'shirt. Awalnya pun tanpa toko. Dodi, pengelola Blaze mengatakan, pemilik Blaze, Firdaus Patriaman, melalui label Bloodsheedrain, sejak 2002 memasarkan produknya dengan menitipkan pada distro-distro.
"Bisa dikatakan Blaze mulai dari nol," ungkap Dodi. Melihat label Blodsheedrain mendapat sambutan yang cukup hangat, maka dua tahun lalu, Blaze pun memiliki rumah sendiri di Jalan Sultan Agung Tirtayasa.
Jika sebelumnya Blaze menitipkan barangnya, setelah memiliki toko, gantian Blaze yang menjadi tempat penitipan clothing-clothing terutama yang skala kecil dengan jumlah produksi hanya beberapa lusin.
"Ya, saling mmebantulah. Toh kita juga awalnya dari nitip," papar Dodi.
Sekitar 40-60 clothing pun menitipkan produknya di Blaze. Meski dari sisi penjualan label Blaze, Bloodsheedrain tetap lebih unggul.
Setiap bulan, kata Dodi, pasti ada saja clothing baru yang ingin menitipkan barangnya. Tapi Blaze juga tidak sembarangan menerima setiap label clothing. Kualitas tetap dikedepankan, kalau perlu mencari sendiri clothing yang sesuai.
"Kita nggak nerima desain-desain yang lebih mengarah ke pornografi atau yang melanggar norma-norma," ujarnya
Dodi menuturkan memang tidak semua clothing-clothing tersebut mendapat sambutan baik. Kalau sudah seperti itu, Balze memberikan tenggat selama tiga bulan. Jika tidak laku dijual maka terpaksa dimasukan ke dalam gudang.
Hal itulah yang menjadi salah satu alasan clothing baru cepat gulung tikar. Belum muncul sudah tenggelam.
0 komentar:
Posting Komentar