Benteng Belanda, Potensi Wisata yang Terbengkalai

Benteng Belanda, Potensi Wisata yang Terbengkalai
Andrian Fauzi - detikBandung

Bandung - Pernah masuk ke benteng jaman penjajahan Belanda? Jika belum, anda dapat menemukan benteng peninggalan Belanda tersebut di kaki gunung Tangkuban Perahu, Subang. Ada 3 buah benteng yang tampak tak terurus, bahkan 2 benteng sudah jarang dimasuki orang karena sudah banyak yang runtuh. Bahkan akses masuknya banyak ditumbuhi ilalang dan tanaman liar.

Benteng yang juga sering disebut sebagai bunker oleh masyarakat setempat, dibangun pada masa penjajahan Belanda. "Tepatnya saya kurang tahu. Tapi kurang lebih tahun 1800 an, jaman penjajahan Belanda, "terang Erwin, salah seorang petugas Perhutani.

Anda bisa menemukan benteng tersebut dari rute jalan puteri gunung, Lembang menuju Cikole atau Tangkuban Perahu. Jika hari-hari biasa memang tidak banyak yang melalui jalan tersebut. Jalannya yang berkelok dan tidak beraspal membuat jalan ini tidak bisa dilalui oleh kendaraan biasa.

Biasanya yang melalui jalur tersebut adalah orang-orang yang menggunakan kendaraan 4 WD atau motor trail. Karena memang jalur tersebut merupakan jalur offroad yang sering dilalui oleh komunitas-komunitas pecinta offroad dan petualangan.

Seperti Kang Edi dari LRCB (Land Rover Club Bandung) yang hampir tiap minggu selalu melalui jalur tersebut. "Saya mah hampir tiap minggu lewat sini. Biasanya bawa tamu buat offroad. Nah, istirahatnya disini (benteng - Red) untuk foto-foto," kata pria yang mengendarai Land Rover Defender.

Jalur jalan puteri gunung - Cikole memang menjadi favorit bagi klub-klub atau komunitas offroad yang mengadakan perjalanan wisata offroad. Karena disamping tracknya yang menantang, juga terdapat benteng sebagai tempat istrirahat dan wisata.

Benteng yang kondisinya sekarang tidak terawat tadinya difungsikan sebagai pertahanan pasukan Belanda. "Juga sempat dipakai oleh pasukan tentara Jepang untuk mengintai musuh pada masa perang dunia kedua," ujar Erwin.

Ketiga benteng tersebut dibuat berjejer. Masing-masing berukuran 4x8 meter per segi dan terdiri dari dua ruangan yang saling menyambung. Tampak bekas-bekas coretan tangan jahil dimana-mana. Bau pengap dan lembab yang khas menyerbak. Kesan angker juga muncul di benteng kedua dan ketiga.

Menurut warga sekitar, benteng tersebut sekarang hanya 1 yang masih sering dipakai orang-orang untuk wisata. "Ayeuna mah ngan hiji anu osok diangge foto-foto. Anu dua mah tos teu tiasa. Da tos reksak (Sekarang cuma satu yang bisa dipakai buat foto-foto. Yang dua sudah tidak bisa. Sudah rusak)," kata Adjat, seorang warga yang tiap hari mencari kayu dan rumput disekitar benteng.

Selain di gunung Puteri, benteng yang lain juga terdapat di Pasir Ipis. Anda bisa menemukan benteng tersebut melalui jalur Sukawana - Cikole. "Selain di gunung Puteri, ada juga di Pasir Ipis. Kalau masuk dari Sukawana pasti akan melewati benteng Pasir Ipis. Disini (gunung Tangkuban Perahu - Red) ada dua benteng sisa penjajahan Belanda," terang Erwin.

Tapi kondisinya lebih parah. Benteng itu hanya tersisa puing-puing dan akses masuknya pun sudah ditumbuhi ilalang dan semak belukar. Kondisi ini sangat disayangkan. Jika saja pemerintah daerah bisa mengoptimalkannya, wisata benteng bisa menjadi daya tarik bagi para petualang.(afz/ern)

0 komentar:

 
Design by WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Macys Printable Coupons