Kaos Bandung
Menerima pemesanan Kaos, Jaket, Sweater, Hoodie, Seragam, dll. 022-91917503, 081221727854.
Gedung Sate
Kantor Gubenur Jawa Barat, terletak di Jalan Diponegoro. Berhadapan langsung dengan Lapangan Gasibu Bandung
Stasiun Bandung
Stasiun ini diresmikan pada 17 Mei 1884, ketika masa pemerintahan Bupati Koesoemadilaga.
Jembatan Pasupati
Sebuah jembatan yang menghubungkan bagian utara dan timur Kota Bandung melewati lembah Cikapundung. Panjangnya 2,8 km dan lebarnya 30-60 m.
Braga
Konon jalan sepanjang lebih kurang 700 meter ini dibuat ada kaitannya dengan pembuatan jalan Anyer-Panarukan oleh Daendels Tahun 1808-1811.
Pasar Baru
Terletak di Jalan Oto Iskandar Dinata, pusat perbelanjaan teramai di kota Bandung terutama dalam hal tekstil.
Monumen Perjuangan Rakyat Jawa Barat
Terletak di Jalan Dipati Ukur, bersebelahan dengan kampus Universitas Padjajaran.
Cibaduyut
Sentra penjualan sepatu hasil kreasi para pengrajin yang ilmu pembuatannya didapat secara turun menurun, pada tahun 1989 pemerintah R.I meresmikan Cibaduyut ini sebagai daerah tujuan wisata..
Savoy Homan
Hotel Savoy Homann merupakan Hotel pertama di kota Bandung yang awalnya dimiliki dan dijalankan oleh keluarga Homann dari Jerman.
Dago Pakar
Lokasi ini berada di ketinggian 800 -1200 m di atas permukaan laut sehingga di setiap titik terbentang keindahan pemandangan kota Bandung. Berhawa sejuk dengan suhu berkisar 16-22 oC.
Jadi Langganan ABG Sampai Orang Bule
Belanja Irit Tapi Nyentrik
Surga Belanja di Gerbang Marema
Jual Sadist yang Terus Modis
Sekali Datang Jadi Langganan
Berakhir Pekan di Bandung Yuk
Hiruk Pikuk Parkir di Jalan Dalem Kaum
Ema Nur Arifah - detikBandung
Bandung - Tepat di daerah alun-alun, di samping Masjid Agung Bandung, Jalan Dalem Kaum berada. Jalan ini diambil dari sebutan pendiri Kota Bandung, Rd Adipati Wiaranatakusumah II yaitu Dalem Kaum.
Kawasan ini termasuk padat pertokoan. Terutama dari perempatan Jalan Otto Iskandar Dinata-Jalan Dalem Kaum, sampai berbatasan dengan Jalan Dewi Sartika. Setiap harinya dipenuhi dengan warga yang berbelanja, terutama saat akhir pekan.
Di kawasan ini khususnya, tidak lagi dijadikan sebagai lalu lintas kendaraan namun didominasi sebagai tempat parkir. Menurut salah seorang petuga sparkir, Ade, Jalan Dalem Kaum memang sudah dijadikan Lingkungan Parkir Dalem Kaum sehingga sebagian besar badan jalan digunakan untuk parkir kendaraan baik roda empat maupun roda dua.
Kendaraan yang terparkir saling berdesakan dengan pedagang kaki lima yang juga tersebar di pinggiran Jalan Dalem Kaum. Baik di badan jalan maupun di trotoar.
Hal itu terlihat dari banyaknya mobil dan motor yang terparkir di kawasan itu setiap harinya baik dari sisi kiri atau kanan badan jalan. Di bagian tengah, hanya disisakan sedikit ruang untuk mobil atau motor yang akan melaju terus menembus Jalan Dewi Sartika atau yang akan parkir.
Setidaknya, dijelaskan Ade, ada sekitar 30 tukang parkir berseragam oranye di kawasan Jalan Dalem Kaum. Namun pantauan detikbandung, ada juga tukang parkir tidak berseragam yang menjaga di beberapa titik parkir.
Untuk mobil saja, ujar Ade, rata-rata terjual seribu tiket dengan harga satuannya Rp 1.000. "Tapi tidak tentu kadang 2 ribuan atau 3 ribu," ujarnya.
Apalagi untuk motor, sekali waktu saja bisa mencapai ratusan karena tersebar di beberapa titik. Selain itu, pengunjung pun datang silih berganti.
Tapi untuk mobil yang tidak parkir, para petugas pun terlihat meminta, meskipun diakui mereka kalau untuk yang tidak parkir kalau mau memberi silahkan saja, kalau tidak juga tidak masalah.
Sejumlah pertokoan yang ada di jalan tersebut memang menjadi daya tarik khususnya untuk kalangan menengah ke bawah. Sebuat saja ada kawasan clothing distro Plaza Parahyangan, kawasan Kota Kembang yang menjual sepatu-sepatu murah juga CD dan VCD bajakan yang sempat ditutup beberapa kali oleh pemerintah, juga beberapa toko pakaian, sepatu, makanan dan lainnya.
Di antara hiruk pikuk toko, terselip situs makam Bupati Bandung Adipati Wiranatakusumah atau Dalem Kaum yang barangkali paling langka dikunjungi di antara bangunan-bangunan yang ada. Padahal dialah founder Kota Bandung.Dari namanya pula sebutan Jalan Dalem Kaum muncul.
Walau entah, mungkin keberadaan situs ini sama sekali tidak diperhatikan warga, kalah oleh hasrat untuk belanja.(ema/avi)
Jalan-jalan ke Pasar Baru Yuk!
Ema Nur Arifah - detikBandung
Bandung - Bercerita tentang Bandung sepertinya tidak pernah habis. Jika saja mau menjelajah, banyak tempat yang bisa dikunjungi. Melepaskan dari kenyamanan berbelanja di FO atau distro, akhir pekan ini coba beralih ke tempat-tempat yang lebih merakyat tapi memiliki nilai sejarah.
Misalnya ke kawasan Pasar Baru Jalan Otto Iskandar Dinata. Pasar Baru dibangun pada tahun 1896. Kala itu bangunan masih semi permanen dan pada tahun 1926 kemudian didirikan bangunan pasar yang baru. Pasar ini juga sempat dijuluki 'pasar terbersih se-Nusantara'.
Namun sempat pula di tahun 70-an menjadi pasar yang kumuh karena tidak tertibnya para pedagang. Kemudian di tahun 2004, pasar ini dirombak kembali jadi pasar modern yang jadi tempat tujuan kebanyakan warga Bandung jika ingin berbelanja.
Di sini, tersedia berbagai kebutuhan terutama fashion khususnya untuk kalangan menengah ke bawah. Jangan heran kalau setiap harinya selalu dipenuhi pengunjung.
Biasanya Jalan Pecinan Lama dipilih sebagai jalur alternatif menuju Pasar Baru. Selain itu bisa diakses juga melalui Jalan Kebonjati. Jangan heran kalau di kawasan ini juga rawan dengan kemacetan.
Tapi yang dituju jangan cuma Pasar Baru. Bangunan bersejarah juga akan ditemui di Jalan Pecinan Lama. Mampirlah ke pabrik dan toko Kopi Aroma yang ada di antara Jalan Banceuy dan Jalan Pecinan Lama. Bangunannya masih sarat dengan sejarah karena memang peninggalan zaman Belanda sejak tahun 1930.
Selain bangunannya, aroma tempo dulu juga akan terlihat dari beberapa mesin penggiling kopi yang masih kuno. Kini, pabrik dan toko Kopi Aroma dikelola oleh generasi kedua.
Di dalam gudangnya tersimpan kopi jenis arabika dan robusta dari berbagai wilayah di Indonesia yang konon disimpan selama puluhan tahun agar menghasilkan rasa kopi yang nikmat. Memang bukan isapan jempol, Kopi Aroma beda dari kopi kebanyakan. Bukan hanya warga lokal yang membeli, para bule juga kerap datang untuk mencicipi kenikmatan Kopi Aroma.
Dari situ, sebelum menuju Pasar Baru, pasti akan melintasi sebuah bangunan berlantai dua di persimpangan Jalan Alkateri-Jalan Pecinan Lama. Bangunan tua
itu sebelumnya adalah Hotel Bandung yang sudah tutup tahun 2004 lalu.
Lantai dua yang dijadikan hotel dibiarkan tanpa penghuni. Sedangkan lantai satu disewakan pada para pedagang di antaranya diisi oleh rumah makan Padang dan tempat reparasi jam antik.
Karena tidak dirawat, bangunan tampak usang dan beberapa bagian jendela serta tembok rusak. Gentengnua sudah menurun dan kalau hujan disertai dengan bocor. Pemiliknya kini tengah menunggu penyewa baru yang akan mengisi bangunan kuno tersebut.
Di belakang Pasar Baru, akan lebih banyak lagi ditemukan bangunan lama. Sebagiannya masih utuh, tapi ada juga yang sudah diubah menjadi ruko-ruko sehingga menghapus arsitektur antik yang sebelumnya dimiliki. Walaupun menjelajahi jalanan di kawasan ini harus rela berbecek-becek apalagi di musim hujan.
Antara lain ada Toko Jamu Babah Kuya yang sudah ada sejak tahun 1910. Usianya sudah genap seabad. Tapi Babah Kuya sendiri sudah menjual jamu sejak akhir tahun 1800-an. Konon, disebut Babah Kuya karena generasi pertamanya hobi memelihara kura-kura atau kuya.
Begitu masuk, akan diberikan pengalaman ruang yang lain dari biasanya. Untuk yang tak pernah mencium aroma jamu, di sinilah tempatnya. Beragam rempah dari pelosok nusantara tersedia untuk berbagai macam penyakit.
Atau sebelum ke Kopi Kapal Selam, dari Toko Jamu Babah Kuya mampir dulu ke Jalan Tamim. Di sini dikenal sebagai tempat dijualnya kain kiloan atau grosiran dengan harga murah.
Akan tampak bangunan-bangunan bersejarah yang sebagian besar sudah berubah jadi ruko. Pemiliknya pun kebanyakan warga keturunan Tionghoa, sebab di kawasan ini termasuk juga di kawasan Pecinan kebanyakan dihuni oleh keturunan warga Tinghoa.
Di sini adalah tempatnya jika ingin membuat celana jeans dengan harga murah dalam waktu yang relatif cepat.
Untuk melepas lelah, nikmati segelas es goyobod di Pasar Baru Barat sebelah Gang Bombay yang sudah ada sejak tahun 1949.
Selamat menjelajah!!
(ema/tya)
Distromen, Pelepas Stress Pelaku Distro
Ema Nur Arifah - detikBandung
Bandung - Apa jadinya kalau pelaku distro hobi main air soft gun. Jadinya adalah komunitas yang dinamakan Distromen.
Komunitas ini memang enggak banyak dikenal publik. Maklum, sesuai namanya anggota komunitas ini adalah pemilik distro, vendor distro juga pengguna produk distro.
Dituturkan Riva, yang menjadi pencetus terbentuk Distromen, komunitas ini didirikan 2 tahun lalu. "Untuk melepas strees, refresing dan juga anger management," jelasnya saat ditemui di kantornya Jalan Karapitan.
"Awalnya karena kumpul-kumpul dan kita butuh anger management jadi dari mulai satu orang yang lainnya keracunan," ujar Riva.
Berkat pengaruhnya, alhasil sampai dua tahun ini sudah terkumpul sebanyak 30 anggota. Mereka biasa meluangkan waktu untuk bermain satu bulan dua kali baik di outdoor maupun indoor.
Uniknya, karena anggotanya adalah pelaku industri clothing, perlengkapan untuk bermain pun buatan sendiri. Dari mulai kaos, rompi, sepatu, sampai perlengkapan lain seperti outer barel atau licenser.
"Kalau perlu kita buat dari paralon. Atau ada yang dibuat dari aluminium kita buat sendiri yang penting fungsinya tercapai," ujar Riva.
Dengan begitu, mereka pun bisa hemat sampai 50 persen karena untuk perlengkapan original harganya cukup mahal. "Lagipula kalau bikin sendiri bisa custom sesuai keinginan," jelasnya.
Enggak hanya bermain, komunitas ini juga punya semboyan sambil menyelam minum air. Karena dengan berkumpulnya para pelaku distro juga membuka peluang untuk terjalinnya bisnis yang lebih luas. Meskipun misi utamanya adalah having fun dan untuk melepaskan strees.
(ema/avi)
Oldskull, Enggak Cuma Buat Bikers
Oldskull yang Colourfull
Desain Fullprint Jadi Ciri Khas Oldskull