Clothing Jakarta Jajal Pasar Bandung


Clothing Jakarta Jajal Pasar Bandung
Ema Nur Arifah - detikBandung

Bandung - Ekspansi clothing biasanya terjadi dari Bandung ke luar kota, tapi kali ini malah clothing asal ibu kota yang mencoba ambil peluang pasar di Kota Bandung.

Baru empat bulan lalu F&D clothing dibuka di Bandung. Mereka memilih membuka toko Jalan Trunojoyo, yang notabene identik sebagai kawasan clothing.

Menurut bagian administrasi F&D, Feni (21) pemilik F&D memang dari Jakarta. Clothing ini sudah berjalan sejak tahun 2005. Dengan mengambil nama F&D, yaitu nama pemiliknya Ferry dan Devin.

Sebelum ke Bandung, F&D telah dibuka di banyak kota di Indonesia. Tidak hanya label F&D tapi juga membawahi label lain antara lain Black Belt, Heart Ware, dan FWWD. Selain outlet F&D juga membuka outlet butik khusus wanita, Depindo dan outlet untuk cewek cowok Ferry.

"Untuk di Bandung baru buka F&D. Selain di Bandung juga ada di Medan, Padang, Jakarta dan kota lain yang jumlah tokonya sudah mencapai 65 toko," tutur Feni.

Sementara khusus untuk label Black Belt menurut Feni sudah lebih dulu dibuka di Parahyangan Plaza Jalan Dalem Kaum. Sedangkan label lainnya dari F&D baru diperkenalkan sekarang.

Diakui Feni, selama 4 bulan berjalan, konsumen memang kebanyakan dari luar kota, termasuk dari Jakarta sebagai kota asalnya.

Namun Feni menegaskan F&D ingin memberikan alternatif yang berbeda untuk konsumen. Meski untuk konsumen lokal belum mendapat perhatian lebih karena nama F&D sendiri tergolong masih asing.

Salah satu cara dengan mencoba mengikuti arus pasar Bandung. Misalnya dengan melihat produk seperti apa yang sedang laku di pasaran.

Untuk harga, Feni meyakinkan F&D cukup bersaing. Misalnya untuk kaos rata rata dipatok Rp 75 ribu. Untuk produk lainnya tidak jauh beda dengan kebanyakan distro, seperti jaket, celana jeans, kemeja dan lain-lain.
(ema/bbn)

F&D Andalkan Endorse untuk Promosi


F&D Andalkan Endorse untuk Promosi
Ema Nur Arifah - detikBandung


Bandung - Menggaet band untuk kerjasama memang jadi salah satu strategi promosi, begitupun dengan F&D distro. Sebagai pendatang baru di Bandung, mempromosikan artis yang di endorse dijadikan taktik untuk menarik konsumen.

Hal itu terlihat dari banyaknya sudut ruang yang memajang gambar band atau salah satu personel band yang di endorse sebut saja Adi 'Naff' atau Anima.

Diakui Feni, staff F&D, pihaknya cukup menyadari persaingan distro memang ketat. Sebagai label pendatang tentunya butuh energi untuk menyaingi clothing dan distro di Bandung terutama yang sudah ternama.

"Salah satu cara promosi yaitu dengan menunjukan artis yang di endorse," tuturnya.

Makanya, aku Feni, salah satu promosi dengan menghiasi tampilan toko dengan gambar artis yang di endorse. Bahkan rencananya, ada ruangan yang akan dijadikan sebagai studio Adi 'Naff'. "Tapi kita enggak tahu kapan?" ujarnya.

Untuk strategi lainnya, tambah Feni, pihaknya mengikuti dulu arus pasar Bandung dan belum melakukan promosi-promosi lainnya.
(ema/bbn)

Niat untuk Anak Sendiri, Malah Jadi Clothing Beneran


Baby Bones
Niat untuk Anak Sendiri, Malah Jadi Clothing Beneran
Ema Nur Arifah - detikBandung

Bandung - Vokalis grup Pemuda Harapan Bangsa (PHB) Nedi, punya cara tersendiri untuk membuat anaknya tampil beda. Terinspirasi dengan menjamurnya clothing buat anak muda, Nedi pun enggak mau kalah dengan membuatkan anaknya clothing sendiri.

Tapi tidak diawali dengan niat komersil. Clothing dengan nama Baby Bones ini dituturkan Ina, Manager Baby Bones, karena Nedi merasa tidak cocok dengan baju anak yang ada di pasaran.

"Nedi berpikir kenapa enggak bikin clothing buat anaknya sendiri," tutur Ina saat ditemui di kompleks clothing dan distro di Jalan Trunojoyo No 23. Maka, di tahun 2005, mulailah Nedi, yang basic pendidikannya juga desain graphis dan menjadi desainer di salah satu clothing ini kemudian membuat beberapa pieces kaos untuk anaknya.

Semua prosesnya dilakukan sendiri dari mulai pemilihan bahan, desain sampai proses penyablonan. Melihat keunikan baju yang dibuat Nedi, membuat teman-teman dekatnya juga tertarik dan minta dibuatkan. Masih tanpa berpikiran untuk komersil, Nedi pun membuatkan dan hanya dibayar sekadar menutupi biaya produksi.

"Karena ternyata banyak yang tertarik pelan-pelan mulai dikomersilkan dan titip jual di beberapa clothing dewasa," ungkap mahasiswa S2 Unpad jurusan Manajemen Akutansi ini. Dua tahun lalu, Baby Bones memiliki outlet sendiri di Chil Out Setiabudhi. Tapi karena berbagai faktor akhirnya setahun yang lalu beralih lokasi ke Jalan Truojoyo.

Pengakuan Ina, saat itu orang-orang di belakang layar Baby Bones memiliki kesibukan masing-masing sehingga belum fokus untuk membesarkan nama Baby Bones. Termasuk Ina yang jadi Manage grup orkes PHB.

Tapi melihat antusiasme pasar yang tak hanya dari lokal tapi juga luar negeri seperti Malaysia dan singapura, akhirnya, tutur Ina, mereka mulai fokus dan secara serius mengelola Baby Bones. Meski dikatakan Ina, produksi Baby Bones masih terbatas.

Kini, Baby Bones sudah memiliki re-selling di beberapa kota di Indonesia dan Maret mendatang akan mulai menyusul clothing sebelumnya yang sudah ekspansi ke luar negeri. Baby Bones akan mulai dipasarkan di Singapura.

Untuk lokal Bandung, selain di outlet Baby Bones Jalan Trunojoyo, Baby Bones juga ada di outlet-outlet Black ID.(ema/tya)

 
Design by WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Macys Printable Coupons