Wisata Mistis di Bandung, Pengamat: Produk Baru yang Potensial

Bandung - Wisata mistis yang menawarkan cerita legenda tempat angker di Bandung cukup potensial menjadi salah satu daya tarik wisata di Kota Bandung. Suguhan tersebut jadi produk baru dalam kegiatan pariwisata.

Hal itu dikatakan Pengamat Pariwisata Djony Sofyan Iskandar yang juga Ketua Sekolah Tinggi Pariwisata Bandung Djony Iskandar saat ditemui di Kampus  STPB, Jalan Setiabudhi, Rabu (2/6/2010).

"Wisata mistis atau urbanlegend ini sangat bagus. Kegiatan tersebut salah satu hal yang baru. Si penggagas ini menciptakan produk baru pariwisata," ujarnya.

Johny menambahkan, wisata mistis punya pangsa pasar tersendiri. Seperti anak muda dan kalangan tertentu yang menyukai hal berbau mistis.

"Wisata mistis ini merupakan produk bagus. Di mana wisatawan atau konsumennya ingin ikut wisata ini karena memiliki rasa penasaran. Selain anak muda, kalangan tertentu juga menyukai kisah-kisah ini," ungkapnya.
(avi/ern)

Wisata Mistis Harus Dikemas Kreatif

Bandung - Pengamat Pariwisata Djoni Sofyan Iskandar meminta kepada penggagas wisata mistis agar mengemasnya dengan kreatif. Djoni juga berharap penyelenggara bisa berdiri sendiri tanpa mengandalkan Dinas Pariwisata.

"Untuk melakukan kegiatan seperti ini jangan tergantung pemerintah. Pelaksana acara pun harus bisa mengemasnya secara kreatif dan edukatif," ujarnya ditemui di Kampus STPB, Jalan Setiabudhi, Rabu (2/6/2010).

Menurut Djoni, penyelenggara juga bisa menjalin kerjasama dengan pemilik bangunan yang dianggap angker, agar bisa leluasa masuk ke tempat tersebut. Ia juga meminta penyelenggara tidak terjebak dengan hal-hal negatif.

"Jangan sampai apa yang dilakukan itu melanggar norma agama dan harus sesuai dengan akal sehat. Cukup mendongeng saja tentang keangkerannya dengan gaya edukatif," imbaunya.

Komunitas Bandung Trials mengajak wisatawan mengunjungi gedung-gedung peninggalan Belanda. Tapi hanya gedung atau tempat yang mempunyai cerita mistis saja yang didatangi.

Dengan label Urbandung Legend, komunitas ini mengajak wisatawan mengelilingi beberapa tempat yang dianggap angker, salah satunya Taman Belitung, SMA 5 dan SMA 3, Ambulans Bahureksa, dan sekolah St Aloysius.

(avi/ern)

Asita Belum Lirik Potensi Wisata Mistis di Bandung

Bandung - Jika Urbandung Legend melihat wisata mistis sebagai sebuah peluang. Asita Jabar justru mengaku belum tertarik untuk melirik wisata mistis yang mereka sebut wisata misteri bangunan tua ini.

Hal itu diungkapkan Ketua Asita Jabar Herman Rukmanadi saat dihubungi detikbandung, Rabu (2/5/2010). "Saya tidak tahu kalau ada wisata seperti itu (wisata mistik-red). Kami juga belum melirik pada wisata misteri bangunan tua," ujar Herman.

Dituturkan Herman, potensi wisata yang telah ada saat ini juga belum maksimal. "Potensi yang sudah ada saja dulu digarap maksimal, baru yang lain," katanya.

Selama ini, kata Herman, belum ada wisatawan yang menanyakan wisata misteri seperti mendatangi gedung tua. "Belum pernah saya dengar ada yang minta wisata seperti itu," ujarnya.

Dirinya juga mengaku tidak tahu jika ada perusahaan yang tertarik pada potensi wisata misteri. Menurutnya, wisata bangunan tua yang memiliki cerita dibaliknya hanya menarik bagi yang mempercayainya.

"Hal-hal seperti itu kan menarik untuk yang percaya, bagi yang tidak percaya sih ya untuk apa," ujarnya.

(tya/ern)

Eksplorasi Seni di Ruang Bawah Tanah

Bandung - Sebagai kawasan wisata yang dituju banyak negara, Braga memerlukan ruang yang lebih lengkap untuk mengakomodir keinginan para wisatawan.

Hal itulah yang dilihat  oleh seniman Ropih Amantubillah. Maka sebuah rumah seni yang dinamakannya Rumah Seni Ropih pun didirikan di Jalan Braga.

"Braga adalah kota internasional , banyak tamu negara datang. Belum tentu kalau tempat lain dikunjungi, tapi dengan Braga sudah mewakili," jelas Ropih saat ditemui di Rumah Seni Ropih Jalan Braga.

Rumah  Seni yang baru dibuka Sabtu, 22 Mei ini, menawarkan ragam seni khas Jawa Barat khususnya Bandung. "Banyak wisatawan yang tidak tahu seperti apa kesenian tradisional di Bandung," tutur guru seni rupa di SD Halimun ini.

Tempat yang dipilih salah satu bangunan bernuansa art deco. dengan galeri lukisan sebagai ruang utama di bagian depan. Tapi yang unik adalah pemanfaatan ruang bawah Tanah yang juga masih berfungsi sebagai galeri.

Di sini tak hanya ada lukisan tapi merambah pada seni patung, bahkan Ropih ingin membuat pertunjukan-pertunjukan seni di ruang ini. Dari ruang bawah tanah, menuruni beberapa  anak tangga, terhubung langsung dengan kediaman Ropih yang kelak akan dijadikannya sebagai kampung seni.

Di rumah seninya ini, Ropih ingin menuangkan segala macam kreatifitas dan seni. Tak hanya lukisan, tapi Ropih berharap bisa menjabarkan seni dalam bentuk yang lebih luas.

"Bisa kesenian apapun, bisa tari, musik, seni lukis, atau patung," jelas Ropih.

Maka, dia pun merangkul seniman dari pelbagai aliran seni. Siapapun boleh memanfaatkan  fasilitas yang disediakan Rumah Seni Ropih seperti ruang lukis, ruang tari dan lain-lain.

"Tempat ini terbuka untuk umum, seniman bisa melakukan pameran di sini atau mahasiswa seni yang juga ingin pameran," jelasnya.

Kelak, ujar Ropih, dia ingin menggelar secara rutin acara kesenian di tempat ini. Sehingga wisatawan pun bisa melihat ragam acara di Rumah Seni seluas 1.000 persegi.

"Nanti akan ada seni tradisional, teater, tarawangsa, cianjuran. Tiap minggu akan ada penampilan untuk tamu," ungkapnya.

Bahkan, tambah Ropih, nantinya akan ada sekolah untuk belajar seni musik atau tari tradisional.

(ema/ern)

Icip-icip Makanan Itali di Bandung Yuk!

Bandung - Beragam jenis makanan Itali memang sudah terkenal di Indonesia, namun Bandung punya beragam sajian pizza yang unik dan berbeda dari pizza pada umumnya. Pensaran? Yuk Wisata kuliner pizza weekend ini.

Beragam Pizza dari Resep Moyang
Menu pizza yang disajikan Resep Moyang di Jalan Pahlawan disajikan secara tradisional. Pembakarannya dilakukan di dalam tungku. Topingnya beragam, mulai dari pizza standar bertopping meet, peperoni, jamur, keju sampai pizza dengan topping cokelat dan buah-buahan. Selain pizza, ada juga spagheti, steak, atau aneka light meal seperti pancake dan sandwich.

Pizza Nasi ala Cafe Milan
Pizza nasi? Ya betul, pizza nasi ini bentuknya persegi dengan pinggiran kering seperti pastel. Ada bagian penutup seperti lap top. Kalau dibuka, ehm... butter rice bercampur kacang polong, jagung, keju mozarella bertabur topping pizza pun akan langsung menyambut.

Itulah menu Pizza Nasi, menu andalan di Cafe Milan Jalan Pelajar Pejuang. Dengan harga per porsinya antara Rp 34-35 ribu untuk ukuran medium, anda bisa menikmati uniknya rasa Pizza Nasi.


Pizza Kentang Dulang Cafe
Bagi anda penggemar kentang, Pizza Kentang bisa jadi pilihan. Kentang dikukus dihaluskan, dan dipanggang bersama bahan-bahan yang umumnya dijadikan topping
pizza seperti daging cincang, irisan smoke beef, dan keju mozarella. Hummm..Yummy!

Anda bisa langsung datang ke Dulang Cafe yang berada di pojok Rangga Point, Jalan Ranggamalela. Dulang Cafe juga menyajikan menu khas Itali lainnya seperti
spageti dan lainnta. Harganya pun cukup terjangkau mulai dari Rp 12 ribu.

Goyang Lidah dengan Macaroni Salsa
Macaroni dipadukan dengan daging sapi cincang yang diolah dengan bumbu Itali lalu dilapis dengan krim keju lalu ditutup dengan toping keju yang renyah. Ehm?
itulah menu macaroni salsa. Salah satu menu andalan Rumah Macaroni Salsa.

Anda bisa mendapatkan Macaroni Salsa ini terletak di Jalan Culan di kawasan Jalan Anggrek dan Jalan Soka. Selain Macaroni Salsa, ada lasagna dan pastel
tutup berupa campuran pure kentang dengan sayur-sayuran. Harganya cukup terjangkau, mulai Rp 12.500 sampai Rp 17.500.

(avi/ern)

Wuss! Polisi Bersepatu Roda Meluncur Setiap Weekend

Bandung - Kendaraan wisatawan kerap memadati Kota Bandung setiap weekend. Guna mengurai kepadatan kendaraan yang menyergap di lokasi-lokasi wisata belanja dan kuliner, Satlantas Polwiltabes Bandung menerjunkan polisi bersepatu roda.

"Polisi bersepatu roda ini berpatroli di tempat-tempat yang sering dikunjungi wisatawan. Mereka nantinya bertugas mengurai kemacetan, jelas Wakasatlantas Polwiltabes Bandung Kompol Gondo, saat ditemui di Mapolwiltabes Bandung, Jumat (14/5/2010).

Menurut Gondo, polisi yang berpatroli menggunakan sepatu roda ini sudah dicanangkan saat berlangsungnya peresmian Car Free Day, beberapa waktu lalu. Aksi polisi yang meluncur memakai sepatu roda, kata Gondo, hanya beroperasi setiap weekend atau Sabtu dan Minggu.

"Tim patroli polisi bersepatu roda ini jumlahnya 10 orang. Mereka sebelumnya sudah dilatih atlet sepatu roda asal Bandung," terangnya.

Gondo menambahkan, 10 polisi bersepatu roda bertugas dan menyebar di lokasi objek wisata seperti Jalan Martadinata, Jalan Cihampelas dan Jalan Djuanda. Meski demikian, patroli polisi lalu lintas yang menggunakan roda dua dan empat tetap
menjalankan tugasnya.

"Adanya patroli bersepatu roda mempermudah dan mempercepat waktu mengurai kemacetan. Sebab mereka bisa mudah menembus serta menerobos di sela-sela kendaraan," tutur Gondo.

(bbn/ema)

Menikmati Kuliner Khas Betawi di Gasibu

Bandung - Bandung yang kaya akan makanan tradisional dan kreatifitas kulinernya tidak serta-merta antipati dengan banyaknya makanan-makanan khas dari daerah lain.
Kerak telor misalnya, biarpun makanan asli tanah Betawi, tak berarti urang Bandung tak bisa ikut menikmati.

Mencari pedagang kerak telor di Bandung tidaklah sulit. Setiap sore hingga tengah malam, beberapa penjual kerak telor selalu mangkal di Gasibu. Ada yang di
depan gerbang Gedung Sate atau pun di pelataran Gasibu.

Menurut salah seorang penjual kerak telor, Iwan Sutiawan (22), di Gasibu terdapat sekitar enam pedagang kerak telor. Biar pun makanan ini khas betawi, ternyata semua pedagang itu bukan orang Betawi asli orang Garut.

Tapi jangan salah. Meskipun tidak memiliki darah Betawi, tapi kepiawaian mereka dalam memasak kerak telor jangan diragukan. Iwan sendiri mengaku dirinya selalu ikut berpartisipasi dalam acara Pekan Raya Jakarta.

Kerak telor sendiri bahan-bahannya cukup banyak meski hanya bahan-bahan sederhana yang mudah disediakan. Pertama beras ketan yang sudah direndam dimasukan ke dalam wajan dengan ukuran agak melebar. Kemudian masak beras di atas anglo yang sudah berisi bara api.

Penggunaan anglo ini agar kematangan kerak telor merata. "Kalau pakai kompor, nanti akan bau," tutur Iwan. Tak lupa terus mengipasi anglo agar dihasilkan kematangan yang merata.

Setelah beras ketan mengerak dimasukan bumbu-bumbu. Seperti ebi kering, garam, penyedap rasa, kelapa parut yang sudah dicampur bumbu rendang, lalu ceplokan sebutir telur diatasya.

Telur yang digunakan bisa telur ayam atau telur bebek. Yang pasti apapun telur yang dipilih, harganya juga berbeda, rasanya pun mungkin akan sedikit berbeda. Untuk telur ayam Rp 8 ribu sedangkan telur bebek Rp 9 ribu.

Semua adonan yang sudah dimasukan dicampur-campur hingga adonan pun tambah melebar di atas wajan. Setelah bagain bawah matang, wajan pun dibalikan untuk mematangkan bagian atas. Adonan tidak akan tumpah karena sudah mengerak di wajan. Tidak lama kerak telor pun matang dengan warna kuning kecoklatan.

Tak sampai disitu, sentuhan terakhir diberikan serundeng yang dicampur abon sapi kemudian taburi dengan bawang goreng. Ehm... kerak telor hangat pun siap untuk disantap.

Rasanya campur-campur, ada gurih, manis juga asin dengan kerenyahan dari beras ketan dan bawang goreng yang kriuk. Sayang tidak ada rasa pedasnya. Mungkin setiap penjual akan menghasilkan rasa kerak telor yang berbeda.

Anda bisa memilih untuk makan di tempat atau dibungkus pulang. Jika memilih makan di tempat, sore hari tentunya waktu yang tempat. Selain kerak telor, beberapa tenda di kawasan Gasibu juga menjual susu hangat.

Biasanya di tempat ini suka dijadikan tempat kencan untuk beberapa pasangan, terlebih malam hari. Mereka tersebar di anak-anak tangga Gasibu. Tentunya sambil menikmati suasana Gedung Sate dalam keremangan.(ema/ern)

'Ini Kue Ape Neng!'

Bandung - Kue ape, jajanan berwarna hijau ini sering saya temui di Kota Bandung. Saya pikir makanan tradisional Bandung, tapi ternyata makanan ini khas Betawi. Bahkan ada pula yang menyebutnya serabi Jakarta. Wah, berarti bertambah lagi daftar nama serabi yang harus diregistrasi.

Dari sebuah literatur disebutkan kenapa kue ini dinamakan kue ape. Konon, namanya berasal dari pertanyaan: "Ini kue ape, bang?. Kemudian dijawab, "Ya, kue 'ape'". Entah benar atau tidak, tapi jika benar, maka asal usul nama kue ape ini menjadi sejarah yang cukup menggelitik.

Makanan ini kembali saya temui di Festival Traditional Foodnya BSM yang akan digelar sampai 31 Agustus mendatang. Kue ini memang berbentuk seperti serabi tapi dengan bagian tengah yang lebih kecil dan menggunung. Bagian pinggirannya itu lho yang membuat kue ini juga istimewa, lebih lebar dari serabi Solo dan garing.

Untuk bahan dasar hampir sama dengan serabi yaitu tepung beras ditambah santan, lalu dicampur dengan gula pasir, pandan, susu, dan vanili.

Cetakannya tidak jauh beda dengan cetakan serabi Solo yaitu wajan yang cekung. Kecekungan inilah yang membuat bagian tengah kue ape jadi menggunung. Seperti halnya serabi Bandung, kue dimasak menggunakan arang.

Bagian pinggirnya yang garing menjadi sasaran untuk dicicip terlebih dahulu. Meski disebut serabi Jakarta, rasanya berbeda dengan serabi. Bagian tengahnya lebih lembut dengan pori-pori kue yang lebih rapat. Penambahan susu dan pandan yang segar memberikan citarasa yang berbeda. Kue ini dijual Rp 8 ribu perporsinya yang berisi 10 buah.

Selain kue ape, jajanan lain yang diicip-icip yaitu sate pisang keju. Pisang diiris-iris kemudian ditusuk dengen tusukan sate lalu dibungkus oleh adonan tepung, mirip kulit pisang goreng. Barulah di bagian atasnya di taburi parutan keju dan coklat, yam.. yam...yam.

Makanan tradisional lain yang bisa dicicipi di Food Tradisionalnya BSM yaitu rujak bebek, tahu gejrot, lumpia basah, atau jajanan kala SD seperti gulali yang bisa dibawa pulang.(ema/ern)

Pantang Pulang Bila 'Ranjau' Kuda Belum Diangkut


Bandung - Wisata kuda tunggang di Taman Cilaki, Jalan Cisangkuy, Kota Bandung, ramai dikunjungi wisatawan pada akhir pekan. Merengkuh rezeki di tempat sarana umum, sudah seharusnya menjaga keamanan dan kebersihan lingkungan sekitar. Begitu pula yang ditunjukkan para pasukan 'koboi' ini.

Mereka sepakat pantang pulang bila 'ranjau' atau kotoran kuda yang tercecer di aspal jalan belum diangkut. "Semua pemilik kuda yang berada di Taman Cilaki, tak akan pulang kalau jalan dibersihkan karena kotoran kuda. Ini kan jalan umum," jelas Wakil Ketua Sarumpi Saluyu Baru Wisata Kuda Cisangkuy, Wawan alias Ameh (41).

Kesolidan para pemilik kuda ini tertanam sejak aturan organisasi diberlakukan. Mereka mendirikan wadah bernama Sarumpi Saluyu Baru yang beranggotakan sekitar 80 pemilik kuda.

Ameh menjelaskan, lingkungan bersih dan nyaman bakal membuat betah wisatawan. Urusan bersih-bersih kotoran kuda, kata Ameh, pengurus menugaskan tiga orang yang khusus sebagai petugas kebersihan.

"Kalau jalan benar-benar sudah bersih, pemilik kuda merasa tenang saat pulang. Yang membersihkan kotoran, petugasnya ada tiga orang,'' tegasnya.

Jasa kuda tunggang di Taman Cilaki mulai beraktivitas pukul 08.00 WIB hingga pukul 17.00 WIB. Mereka hanya hadir saat Sabtu dan Minggu.

Tiga orang yang dipercayai memungut kotoran kuda itu memiliki jadwal tiga kali dalam waktu weekend. "Jadwal bersih-bersih dilakukan jam dua belas siang, jam tiga sore dan menjelang maghrib," jelas Ameh.
(bbn/ema)

Memacu Si Popeye, Gonzales dan Spongebob


Bandung - Setiap kuda tunggang di Taman Cilaki, Jalan Cisangkuy, memiliki julukan. Ada kuda
bernama Si Popeye, Spongebob, Dewa, Paris, Ronal, Yoyo dan lainnya. Nama nyentrik itu sengaja disematkan sebagai daya tarik pengunjung.

Wakil Ketua Sarumpi Saluyu Baru Wisata Kuda Cisangkuy, Wawan alias Ameh (41) mengatakan, kuda sengaja diberi julukan supaya anak-anak gampang mengenalinya.

"Di tempat ini kan banyak kuda. Diberianya nama, agar pengunjung terutama anak-anak mengingat mengingat kuda yang ditungganginya," terang Ameh kepada detikbandung.

Ameh menambahkan, pemberian julukan digulirkan para pemilik kuda sejak 2008 lalu. Nama kuda tertulis di bagian sadal.

"Nah, pilihan nama kuda merupakan kreatif si pemiliknya. Ada yang ngasih nama tokoh kartun, ada juga memberikan nama orang dan macam-macam lagi,'' ujar Ameh yang kudanya disapa Si Popeye.

Identitas setiap kuda, kata Ameh, bukan sekadar mencari perhatian pengunjung saja. Justru dengan disematkannya julukan, bisa menggaet pelanggan.

"Misalnya ada seorang anak naik kuda Si Popeye minggu ini, nah minggu depan dia bakal mencari Si Popeye lagi. Yang seperti ini sudah sering dirasakan pemilik kuda," ungkapnya sambil menuju sebuah mobil sedan plat B yang di dalamnya ada seorang bocah perempuan memanggil Si Popeye .

Sejenak obrolan terhenti. Ameh mesti bertugas. Sebanyak empat keliling bocah itu asyik naik Si Popeye. Singkat cerita, usai melayani pengunjung, pembicaraan pun dilanjutkan. Ameh tampak lelah.

Ameh menuturkan, anak-anak akan berkesan dan menceritakan kepada teman-temannya soal kuda yang dipilhnya. "Nanti kan mereka cerita ke temannya, sambil mengatakan nama kuda yang ditungganginya," ucapnya.

Jasa tunggang kuda di Taman Cilaki, Jalan Cisangkuy, Kota Bandung, hanya menyapa pengunjung tiap Sabtu dan Minggu. Satu kali putaran mengelilingi Taman Cilaki sejauh sekitar 200 meter ini tarifnya Rp 7.500 per orang. Bila kuda ditumpangi dua orang tarifnya Rp 10 ribu.

Tempat tersebut menjadi salah satu objek wisata keluarga di Kota Bandung yang menjadi primadona wisatawan domestik dan nusantara. Aktivitas para 'koboi' ini digelar mulai pukul 08.00 WIB hingga pukul 17.00 WIB(bbn/ema)

Dollar Berlari Kejar Rupiah


Bandung - Hendar Suhendar (33) menawarkan jasa tunggang kuda sejak 2004. Selama itupula dirinya sering gonta-ganti kuda. Kini, bersama Dollar, pria asal Lembang itu mengejar rupiah setiap Sabtu di Taman Cilaki, Jalan Cisangkuy Kota Bandung.

Bapak dua anak yang masih duduk di bangku Sekolah Dasar ini sengaja mencari rezeki tambahan untuk kebutuhan keluarga. Dari kawasan Lembang ke Taman Cilaki yang jarak tempuhnya sekitar 10 kilometer, Hendra datang bak koboi.

"Lumayan lah cari sampingan kerja dan tambahan uang. Ini nih, sama si Dollar!" ungkapnya sembari menunjuk kuda Sumbawa berumur 3 tahun yang rambutnya diberi cat merah muda.

Sore itu, Hendar bersandar di pohon besar yang berada di atas trotoar. Matanya terlihat lelah. "Baru lima konsumen yang naik si Dollar," ungkapnya sambil terus melirik ke setiap mobil berplat B.

Kuda miliknya ini bukanlah yang pertama menemani menopang hidup di Taman Cilaki. "Sejak pertama hingga kini, sudah sepuluh kali gonta-ganti kuda," imbuhnya.

Saat bertugas menjadi penyedia jasa kuda tunggang, dirinya terpaksa berlari-lari mengikuti kuda yang sedang membawa konsumen. Satu keliling yang bertarif Rp 7.500 itu jaraknya sekitar 200 meter.

Selagi ramai pengunjung datang, Hendra mampu meraih Rp 250 ribu. Bila sepi, dia mengaku hanya mengantongi Rp 50 ribu. "Begitulah. Tergantung pengunjung kalau memang mau dapat uang lebih," tuturnya.

Namun, tak selamanya jasa seperti ini berjalan mulus. Kisah merugi pun sering dijumpainya. "Ada anak yang naik hingga enam keliling. Tapi sesudah turun,
orangtuanya hanya bayar dua keliling," ujarnya.

"Ah, daripada masalah panjang, lebih baik mengalah," ujar Hendra ketus.

Baginya kisah duka ibarat bumbu kehidupan kala mengarungi suatu pekerjaan. Rasa lelah yang menyertainya mampu terobati saat si Dollar kembali mengantarnya pulang ke rumah.(bbn/dip)

KRCB Dukung Usulan Gua Pawon Jadi Warisan Dunia


Bandung - Koordinator Kelompok Riset Cekungan Bandung (KRCB) Budi Brahmantyo menyambut baik langkah Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata yang telah mengusulkan situs Gua Pawon di Padalarang ke UNESCO agar menjadi salah satu cagar alam warisan dunia.

"Ya bagus sekali, saya mendukung. Karena terus terang, sudah hampir 10 tahun kami berjuang agar Gua Pawon diperhatikan, namun belum mendapatkan perhatian yang lebih," ujar Budi saat dihubungi detikbandung melalui telepon, Selasa (20/4/2010). KRCB merupakan kelompok yang menemukan pertama kali artefak dan fosil di Gua Pawon.

Namun Budi mengaku tak berharap banyak. Sebab, menurutnya untuk menjadi salah satu cagar alam warisan dunia, persyaratannya sangat ketat. "Kita harus ikuti syarat mereka," katanya tanpa merinci syaratnya.

Menurut Geolog ITB ini, untuk melindungi Gua Pawon, tidak mesti situs itu menjadi salah satu cagar alam warisan dunia. "Cukup tingkat nasional saja, itu sudah cukup, asalkan diperhatikan," jelas Budi.

Selama ini, pengelolaan Gua Pawon belum maksimal. "Banyak yang concern, tapi pengelolaannya sama tetap belum mendapatkan perhatian lebih," ujar Budi.

"Ya tapi mudah-mudahan bisa masuk jadi warisan dunia. Kali saja kalau sudah masuk, dapat perhatian dari pemerintah," katanya.

Sekjen dari Direktorat Jenderal Sejarah dan Purbakala Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata Soeroso M.P mengatakan telah mengusulkan Gua Pawon menjadi salah satu cagar budaya warisan dunia ke UNESCO.

Alasan Gua Pawon ditawarkan menjadi cagar alam dunia adalah karena karst Citatah yang berada di lokasi Gua Pawon memiliki ciri khas karst dari Indonesia. Selain itu fosil penguhuninya dinilai langka.
(ern/ern)

Cari yang Unik di Bandung Yuk!


Bandung - Tak hanya kreatif, banyak hal unik yang bisa didapatkan di Kota Bandung. Dari mulai kuliner, distro sampai tempat wisata. Ada beberapa referensi tempat yang bisa dikunjungi pada akhir pekan panjang minggu ini. Diintip yuk!

Kedai Getek
Kedai baru di Jalan Martanegara ini memang unik. Selain namanya yang dalam bahasa Sunda, 'getek' berarti geli, menu-menunya juga unik. Menu utama serba tutut antara lain tutut cape hate atau tutut original, tutut lada caketreuk atau tutut lada hitam, tutut ibu tiri atau tutut asam manis. Ada juga menu andalan yaitu nasi goreng keleketek, nasi goreng spesial yang dibubuhi dengan tutut rica-rica.

Kalau penasaran, sempatkan untuk datang. Pelayanannya juga menghibur karena pelayannya yang rata-rata pria ini adalah orang-orang latah. Di sini bukan cuma menawarkan makanan tapi bagaimana caranya bisa menghibur konsumen. Perut kenyang hati juga senang.

Taman Kupu-kupu
Taman Kupu-kupu terletak di Jalan Raya Cihanjuang Km 3,3 No 58, Desa Cibaligo, Kecamatan Parongpong Kabupaten Bandung Barat. Tempatnya masih asri dan hijau, ditambah penataan tempat yang begitu apik. Selain menikmati pemandangan yang menarik, juga akan mendapatkan pengetahuan seputar kupu kupu.

Ada sekitar 300 kupu-kupu dari 35 jenis yang ditangkarkan setiap harinya di tempat ini. Mereka terbang dalam sebuah di taman terbuka seluas 1.800 meter persegi yang dilapisi pagar dan jaring. Pengunjung juga bisa melihat proses metamorfosis. Mulai dari ulat, kepompong hingga kupu-kupu. Untuk mendapatkan pengalaman menarik ini cukup membayar Rp 10 ribu.

Miniatur Motor dari Sendok dan Garpu
Kerajinan tangan ini dirintis seorang warga Pasirluyu, Gang Haji Yasin No 176 yang akrab dipanggil Dodi. Sungguh ide yang sangat hebat karena Dodi bisa menyulap sendok dan garpu menjadi miniatur Harley Davidson.

Kerajinan tangan ini hanya menggunakan tang, palu, paku besar, dan kikir. Untuk menyambungkan antara satu sendok dan sendok lainnya menggunakan baut dan mur.

Dengan piawai sendok dan garpu dibuat seperti mesin motor, jok, stang, knalpot, dan bagian-bagian motor lainnya.

Jika ingin melihat karyanya dan sesekali workshopnya di tempat yang lebih strategis bisa juga berkunjung ke Jabar Craft Center di Jalan Ir H Juanda. Siapa tahu anda tertarik untuk menjadikannya souvenir.

(ema/avi)

Zuma dan Zumi, Ramaikan Koleksi Bonbin Bandung


Bandung - Kebon Binatang (Bonbin) Bandung memiliki beberapa koleksi satwa baru pada awal 2010 ini. Di antaranya ialah wau-wau bernama Zuma dan orangutan yang diberi nama Zumi.

Menurut Kepala Pengelolaan Satwa Dokter Hewan Bonbin Bandung, dr. Fathul Bari, kedua satwa tersebut lahir belum lama ini di tempat penangkaran dan kandang Bonbin Bandung.

"Wau-wau lahir pada 12 Februari. Ini jenis wau-wau Jawa," jelasnya ketika ditemui di Bonbin Bandung, Jalan Tamansari, Kamis (1/4/2010).

Wau-wau bernama Zuma itu lahir dari induknya yaitu Chika dengan pejantan Bima. "Masa hamilnya 8 bulan sejak dikawinkan Juni 2009 lalu," terangnya.

Ditambahkannya, Chika dan Bima merupakan sumbangan dari warga Bandung yang hingga kini masih berada di penangkaran. "Takutnya stres kalau buru-buru dikeluarkan," ungkap Fathul.

Koleksi baru lainnya, kata Fathul, yaitu orangutan Sumatera bernama Zumi yang lahir di kandang pada Jumat 12 Maret 2010. "Kalau orangutan ini hasil perkawinan pejantan Simon dan betina Sarah," ujar Fathul.

Dirinya menerangkan, hingga saat ini Bonbin Bandung memiliki koleksi 10 orangutan dan 13 wau-wau.
(dip/bbn)

Serasa 'Offroad' di Jalan Braga


Bandung - Berbicara mengenai alih fungsi Jalan Braga menjadi kawasan pedestrian tidak akan pernah selesai. Sepanjang jalan yang berganti rupa dengan batu andesit kini terlihat
hancur dan bergelombang.

Dari pantauan detikbandung, memasuki jalan Braga dari simpang Jalan Naripan, pengendara dibawa berguncang dengan bebatuan yang terlihat amblas.

Terus bergerak ke depan menyusuri jalan tersebut, tepat di depan Restoran Maison Bogerijon yang sekarang bernama Braga Permai, amblasan batu terlihat dalam dan sebagian tertutup pasir. "Sudah sebulan lebih kayak gitu," kata Darmo (57), petugas parkir, saat ditemui detikbandung, Rabu (14/4/2010).

Pasir, jelas Darmo, adalah penambal sementara. Sebelum ditambal, kedalaman amblasan tanah kurang lebih berkedalaman 15 centimeter. Ia dan warga sekitar berinisiatif menambal amblasan jalan karena khawatir membahayakan pengguna jalan yang melintasi jalanan sepanjang kurang lebih 350 meter sampai dengan persimpangan Jalan Tamblong.

Terlihat beberapa motor berupaya menghindari jalanan rusak tersebut. Bukan hanya itu, tak jauh dari pintu masuk mal Braga City Walk, jalanan terlihat 'ompong'.  Batu yang didatangkan dari Malang itu kini tidak mengisi padat badan jalan. Belum lagi suara gemerutuk batu andesit yang longgar saat dilalui kendaraan.

Sejak 2005 sampai 2007, Pemkot Bandung telah melakukan revitalisasi di kawasan Braga. Diawali dari perbaikan kanan-kiri trotoar dengan melandaikan dan melebarkannya 0,5 meter, penanaman 81 tanaman hias jenis Karet Benggol dan penggantian lampu hias.

Di Tahun 2008, revitalisasi dilakukan pada upaya pengembalian bentuk arsitektural bangunan dengan pengecatan warna putih, penataan reklame. Lalu jalanan aspal diganti oleh batu andesit. Rencananya pergantian material jalan itu, untuk mengfungsikan kembali Jalan Braga menjadi kawasan pejalan kaki atau pedestrian. Khusus untuk penggantian material jalan ini, dana yang dihabiskan mencapai Rp 1,8 miliar.

Di awal rencananya, Pemkot menggembar-gemborkan rencana menjadikan Braga sebagai kawasan khusus pejalan kaki. Agar menarik banyak pengunjung, gedung-gedung tempo dulu yang sudah lama ditinggalkan, akan difungsikan kembali. Konsep kawasan Braga nantinya berupa 'Braga City Walk', yang nantinya akan diisi dengan wisata kuliner, cinderamata, pameran hasil karya seniman Bandung, khususnya seni lukis dan pahat, serta pagaleran kesenian musik tempo dulu dan tradisional.

Namun antara rencana Pemkot dan realisasinya dinilai anggota dewan 'jauh panggang dari api'. Anggota dewan pun menuntut Pemkot harus bertanggung jawab, karena dana yang dihabiskan sudah sangat besar..(ahy/dip)

Disparbud Ingin Sukamiskin Jadi Tujuan Perjalanan Agen Wisata


Bandung - Dicanangkannya penjara Sukamiskin sebagai tempat bersejarah Kota Bandung tentunya akan menjadi daya tarik wisatawan yang singgah. Untuk itu, Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disparbud) Kota Bandung meminta agen perjalanan wisata untuk memasukan Sukamiskin sebagai salah satu tujuan wisata.

"Tentu akan dimasukan sebagai tujuan wisata. Ke beberapa agen akan diminta untuk menjadi tujuan perjalanannya, kan sayang orang akan banyak datang," ujarnya." kata Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Bandung Priana Wirasaputra di sela peresmian Law Center, di Kantor Wilayah Kementrian Hukum dan HAM Jabar, Jalan Jakarta, Rabu (17/3/2010).

Ia menambahkan, dipilihnya penjara Sukamiskin sebagai bangunan cagar budaya karena pernah ditempati Presiden pertama Soekarno. Meski akses akan dibuka lebar untuk setiap pengunjung yang ingin mengetahui ruang tempat Soekarno dipenjara, pihaknya belum membicarakan secara teknis.

"Setelah MoU akan segera dibicarakan, tidak lama dari itu," paparnya.

Nantinya pengelolaan akan diserahkan kepada Kanwil. "Kita (Disparbud-red) membantu memprimosikannya, karena ada di wilayah kita," imbuh Priana.

(ahy/avi)

Risoles Rasa Eropa dari Risol-risol


Bandung - Kemunculan risoles sebagai salah satu tujuan wisata kuliner di Bandung kian marak saja. Sebuah tempat anyar yang menawarkan kelezatan modifikasi risoles pun dibuka 18 Desember  2009 lalu. Risol-risol, berada di Jalan Setiabudhi, sekitar 100 meter di atas Terminal Ledeng, tepat di sebelah Kampung Bakso.

Bernuansa Eropa, Risol-risol yang disebut juga House of Risol ini menempati sebuah rumah tempo dulu. Sebelum memasuki ruangan, pengunjung akan disambut dengan ruang kaca yang merupakan tempat pembuatan risoles. Jadi bisa melihat proses pembuatan dengan transparan.

Di bagian dalam, dekorasi ruang cukup kental dengan nuansa kain perca atau pachtwork. Sementara di teras luar juga masih disediakan tempat duduk untuk konsumen yang berdampingan dengan taman.

Pemiliknya mungkin sudah tidak asing lagi karena pengusaha ini juga sudah membuka banyak tempat wisata kuliner, factory outlet atau wisata alam di Bandung. Perry Tristianto, si raja FO ini kini menggandeng seorang pengusaha risoles di Bandung untuk membuat wisata kuliner baru yaitu Risol-risol.

Tommy Herman Hartono, adalah pemilik produk risolnya. Saat ditemui di Risol risol, pria lulusan NHI ini mengatakan memulai usaha risoles karena iseng-iseng. Pengalamannya sebagai pekerja hotel dan restoran dalam dan luar negeri, tidak membuatnya sulit untuk membuat risoles dengan modifikasi yang baru.

"Awalnya iseng, saya jualan hanya Sabtu dan Minggu di Batununggal sejak dua tahun lalu. Saat itu jualan sama istri pakai mobil," terang Tommy Herman Hartomo.

Ternyata banyak konsumen yang suka risoles buatan Tommy. Sampai akhirnya Tommy mengisi salah satu kios kuliner di The Secret FO, milik Perry. "Pak Perry pun punya ide untuk buat tempat kuliner baru dan ngajak saya," ujar pria berusia 56 tahun ini.

Menurut Tommy modifikasi risoles yang dibuatnya saat ini bercitarasa Eropa. Awalnya dia membuat satu jenis risoles yaitu egg mayo yang didalamnya ada telur dan mayonaise. Ketika konsumen makin banyak, isian risoles pun makin variatif, misalnya diadapatasi dari steak ada risol chicken cordon bleu, lalu pizza, lasagna, sampai kini mencapai 11 varian risoles yang sudah dibuat.

"Rasanya benar-benar disesuaikan dengan nama variannya. Yang pizza benar-benar rasa pizza cuma di roll, lasagna benar-benar lasagna tapi di roll," jelasnya.

Ke depannya, Tommy berencana membuat isian risol bercitarasa Asian food. "Mungkin nanti akan ada rendang atau makanan Asia lainnya," tandas Tommy(ema/avi)

 
Design by WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Macys Printable Coupons